Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Meluncur Drastis, Emas Kokoh Sebagai Aset Safe Haven

Meluncur Drastis, Emas Kokoh Sebagai Aset Safe Haven

by Didimax Team

Sejak merebaknya virus corona yang menghantam dunia, perekonomian kian memburuk. Amerika yang disebut negara super powerpun justru mencatatkan rekor terburuknya sebagai negara dengan kasus infeksi terparah mengalahkan China. Kondisi ini nyatanya tak terlalu berpengaruh banyak pada emas. Emas masih kokoh sebagai aset safe haven dengan harga yang cukup fluktuatif. 

Harga emas yang sempat tertekan sejak 24 Maret kemarin terus melemah. Di tengah gempuran virus corona yang kian parah, harga emas nyatanya tetap mendulang hingga perolehan 8 persen dalam seminggu terakhir. Meski begitu, emas masih dipandang sebagai aset yang cukup menjanjikan. 

Sejak berita ini diturunkan, harga emas di XAU/USD menurun 0,98 persen yang sebelumnya dibuka dengan kisaran 1,613.28. Senada dengan XAU/USD, harga emas di Comex New York juga menurun hingga 0.7 persen dari sebelumnya di kisaran 1,640.05. Penurunan ini diklaim sebagai akibat meningkatnya angka pengangguran di AS yang mencapai 3 juta orang.

 

Bullish Emas yang Dipicu Oleh Wabah Corona

Tergesernya China sebagai negara terinfeksi paling banyak membuat perekonomian Amerika berada di titik terburuk sepanjang sejarah. Betapa tidak, klaim pengangguran yang mencapai 3 juta orang telah memporak-poranda ekonomi AS yang biasanya berhenti di kisaran ratusan ribu. Peningkatan angka pengangguran ini sejalan dengan melonjaknya permohonan tunjangan pengangguran selama wabah berlangsung. 

Menurut Departemen Tenaga Kerja Amerika mencatat bahwa klaim pengangguran tertinggi terjadi pada tahun 1982 tepatnya bulan Oktober sejumlah 695.000. Namun, lockdown yang diberlakukan Amerika dalam upaya untuk memerangi wabah virus corona nyatanya telah memberi pengaruh besar pada sirkulasi ekonomi negara. Tak heran jika PHK naik secara drastis. 

Sejauh ini, The Fed sebenarnya telah mengeluarkan berbagai kebijakan darurat yang sebelumnya tidak pernah dilakukan dalam kondisi darurat sekalipun. Diantara kebijakan yang diambil dengan membeli beberapa obligasi yang bertujuan agar pasar finansial tetap stabil. Diambilnya kebijakan ini membuat suku bunga melemah ke area negatif. Akibatnya berbagai aset riil semisal emas menjadi bullish. 

Selain membeli berbagai instrumen obligasi, The Fed yang notabene merupakan bank sentra Amerika juga mengambil kebijakan berupa backstopping. Backstopping ini berupa pemberian kredit pada masyarakat, sejumlah pengusaha besar bahkan pelaku UMKM yang sedang berkembang. Usaha ini juga diklaim belum pernah diambil sebelumnya.

Pengaruh wabah yang berimbas pada diambilnya berbagai kebijakan oleh The Fed ini telah membuat harga emas di perdagangkan mencapai $1,636.30 per ons. Sementara harga emas Antam dijual di kisaran Rp 924.000 atau naik Rp 5000 per gramnya. Tak heran jika kini emas masih menjadi pilihan utama bagi orang yang ingin berinvetasi jangka panjang. 

Stimulus The Fed Masih Dianggap Masif di Tengah Krisis yang Mengancam

Setelah peningkatan harga emas yang naik mencapai empat persen sepekan terakhir membuat The Fed mengeluarkan berbagai aksi nyata untuk menyelamatkan krisis finansial. Namun, banyak ahli menganggap bahwa stimulus yang diambil oleh The Fed masih masif atau belum berdampak signifikan. Hal ini dikarenakan banyak para investor yang justru melakukan aksi jual emas untuk kemudian ditukar dengan uang cash. 

Penukaran emas dengan uang cash ini memang tak bisa dihindarkan apalagi di tengah kebijakan lockdown wabah virus corona. Meski begitu, perlahan tapi pasti aksi tukar emas hingga hari ini mulai mereda. Akibatnya pamor emas kembali menggeliat dan mulai diminati masyarakat kembali. 

Pasar finansial yang sebelumnya terpuruk mulai bangkit dengan adanya lonjakan ekuitas dan harga emas yang cukup signifikan. Namun, yang menjadi perdebatan diantara para ahli adalah terkait dengan sejumlah optimisme sepekan kedepan. Mereka menganggap bahwa belum ada kepastian terkait optimisme ini bisa bertahan atau tidak mengingat wabah yang belum menunjukkan hawa segar akan berakhir. 

Terlepas dari hal tersebut setidaknya langkah yang diambil bank sentral Amerika tersebut berpengaruh signifikan untuk mengurangi aksi jual emas. Sehingga nilai emas masih kokoh sebagai aset safe haven yang cukup menjanjikan. Selain itu, para ahli juga berharap bahwa wabah ini segera berakhir sehingga perdagangan ekonomi dunia kembali lancar.