Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Minyak Melonjak di Atas Angka 3%, Kekhawatiran Permintaan Masih Ada?

Minyak Melonjak di Atas Angka 3%, Kekhawatiran Permintaan Masih Ada?

by Didimax Team

Keadaan ekonomi dunia memang sedang terguncang dan ini mempengaruhi harga beberapa komoditas tertentu seperti minyak. Melihat perspektif nilai dunia, akibat kesenjangan ekonomi, kini minyak mengalami kenaikan hingga berada di angka di atas 3%. Keadaan tersebut kemudian memunculkan kekhawatiran tertentu terhadap permintaan, apakah masih ada? 

Di sisi lain, kenaikan kasus covid-19 juga semakin meningkat hingga di beberapa negara, pandemi telah merusak harapan untuk pemulihan ekonomi yang bisa kembali stabil dalam permintaan global. Pondasi utama pasar perdagangan minyak jangka pendek juga semakin terlihat lemah. 

Pertama, dari segi pemulihan permintaan bisa terlihat bahwasanya sudah rapuh, diikuti dengan persediaan minyak yang juga semakin menipis hingga kapasitas cadangan yang tidak menentu. Tidak hanya itu, untuk margin juga terbilang rendah sehingga ada beberapa industri yang harus menghentikan pasokan beberapa waktu kedepan. 

 

Melonjaknya Harga Minyak Dunia Mempengaruhi Pasar Saham? 

Untuk pertanyaan di atas, pastinya memiliki jawaban yang hampir setiap kalangan memiliki pendapat yang berbeda-beda. Bagi pemegang lembar saham yang fokus pada komoditas utama dunia seperti minyak pasti saat ini sedang sangat khawatir. Bagaimana tidak? Alasannya karena harga saham akan lebih mahal, namun di sisi lain akan merusak harga saham bidang lainnya. 

Wabah yang terjadi sekarang juga ternyata mengancam pemulihan ekonomi secara global dan juga mengurangi permintaan bahan bakar gas dan diesel. Tidak hanya itu ternyata, karena peluang Sell alias beli juga akan runtuh apabila harga terkoreksi masuk di area sekitar 38 hingga 40an. 

Dari segi minyak berjangka ternyata akan rebound dari kerugian yang sebelumnya sudah dialami pada sesi sebelumnya. Tetapi, untuk rebound kasus seperti sekarang ini di beberapa negara memang menyatakan bahwa perusak dan alasan utama atas runtuhnya keadaan ekonomi hingga berpengaruh pada perdagangan saham. 

Untuk pelaporan harga minyak mentah Brent diketahui naik $ 1,21 atau sebanyak 30% yang saat ini sudah berada di angka $ 40,99 per barel. Keadaan yang baik ternyata membuat angka ini akhirnya turun dari segi nilai menjadi $ 40 saja dengan hitungan persen turun sebesar 5%. 

Harga komoditas ini di Amerika Serikat ternyata masih stagman pada posisi $ 1,29 atau 3,5%. Posisi yang lebih tinggi daripada $ 38,05 per barel pastinya, ini mengejar ketinggalan yang diakibatkan oleh jatuhnya nilai hingga 8% pada bagian sebelumnya. Angka yang disebutkan di atas menjadi tolak ukur utama dari level terendah selama tiga bulan ini. 

Melemahnya Permintaan Minyak Berdampak Pada Pelemahan Investasi di Sektor Berkaitan

Kini diperkirakan bahwa sedang terjadi pelemahan permintaan terhadap minyak dibuktikan oleh turunnya harga beberapa waktu lalu. Hal ini disampaikan langsung oleh perusahaan minyak negara Arab Saudi Aramco yang memang memangkas harga mati-matian beberapa waktu lalu.

Seiring dengan berjalannya waktu, dampak dari penurunan nilai tersebut ternyata membuat panik dunia. Alasannya, produsen Timur Tengah yang kuat saja ternyata bersedia menjual harga minyak dengan standar yang sangat rendah, disampaikan langsung oleh analis pasar minyak senior, Rystad Energy. 

Jika keadaan pandemi terus berlangsung dan tidak kunjung membaik dalam waktu kedepannya, kekhawatiran lain bisa saja muncul dari berbagai sektor. Saat ini, posisi saham yang berkaitan dengan minyak bumi juga turun menurun dari segi minat para trader untuk melakukan tambahan investasi. 

Para calon investor juga tidak kunjung melancarkan niatnya untuk menanamkan modal disana atas alasan yang sama, yaitu kurangnya minat pihak lain dan menurunnya harga. Wabah yang terjadi juga akan memperlambat pemulihan ekonomi dunia dan bisa mengurangi permintaan bahan bakar dari gas penerbangan. 

Keadaan Pasar Minyak di China Membaik

Negara dengan keadaan ekonomi terkuat setara China juga ternyata mengalami masalah yang sama. Meski sektor pabrik disana selama seminggu ini sempat turun, namun laju tahunan diketahui menjadi yang paling besar di dunia. China kemudian membagikan kabar gembira tersebut karena mereka juga berhasil pulih dari penurunan drastis yang terjadi beberapa waktu lalu. 

Para investor sedang menunggu konfirmasi untuk kabar stok minyak mentah AS. Berdasarkan perkiraan yang dilakukan, minyak di negeri paman Sam akan menurun, namun persediaan produk olahan juga akan ikut menurun.