Minyak saat ini sedang menguat, di tengah tanda-tanda rebound ekonomi yang menguat di China. Kekhawatiran potensi kenaikan suku bunga Eropa ini menahan kenaikan minyak lebih lanjut.
Di Amerika Serikat, kenaikan stok minyak mentah ini terjadi selama 10 minggu berturut-turut juga membebani pasar. Pada hari Kamis kemarin, Minyak naik lebih tinggi karena tanda-tanda rebound ekonomi yang kuat.
Di importir minyak mentah utama China. Minyak mentah berjangka Brent naik sebesar 58 sen, atau 0,7%, menjadi $84,88 per barel. Minyak mentah berjangka WTI atau West Texas Intermediate AS.
Naik 58 sen atau 0,8%, menjadi $78,27per barel. Dalam lebih dari 1 dekade bulan lalu, aktivitas manufaktur di China tumbuh pada laju tercepat. Meskipun minyak naik, kekhawatiran inflasi menahan kenaikannya.
Minyak Naik, Kekhawatiran Inflasi Menahan Kenaikannya
Pada hari Rabu, data menunjukkan menambah bukti rebound di ekonomi terbesar ke 2 di dunia. Setelah penghapusan pembatasan Covid 19 yang ketat. Impor minyak Rusia lewat laut China.
Akan mencapai rekor tertinggi bulan ini, disebabkan karena penyuling memanfaatkan harga murah. Tetapi pasar tertekan oleh meningkatnya ekspektasi kenaikan suku bunga oleh ECB atau Bank Sentral Eropa.
Setelah percepatan harga konsumen yang jauh lebih cepat dari perkiraan di Spanyol, Perancis dan Jerman. Inflasi zona euro naik ke tingkat tahunan yang jauh lebih tinggi dari perkiraan.
Sebesar 8,5 persen pada bulan Februari, menurut perkiraan pertama dari badan statistik UE. Di Amerika Serikat, selama 10 minggu berturut-turut penumpukan stok minyak mentah juga membebani pasar.
Selain minyak, emas juga ikut mengalami kenaikan. Emas naik disebabkan data ekonomi China yang kuat, berhasil mendorong spekulasi meningkatnya permintaan fisik. Setelah emas berhasil naik hampir 3% pada bulan Februari.
Indeks dolar justru melemah 0.5%. Pelaku pasar bahkan memperkirakan suku bunga target Fed telah berhasil mencapai puncaknya di 5,45% pada bulan September. Dari kisaran antara 4,50% hingga 4,75% saat ini.
Emas mengalami kenaikan setelah data ekonomi China yang kuat berhasil menekan dolar AS. Dan juga mendorong spekulasi permintaan fisik yang jauh lebih baik dari China.
Meskipun berhasil menekan dollar dan mendorong spekulasi permintaan fisik yang lebih baik dari China. Namun risiko kenaikan suku bunga Amerika Serikat membatasi kenaikannya. Emas spot naik 0,48%.
Menjadi $1.835,85 per ons, setelah berhasil mencapai level terendah 2 bulan di sesi sebelumnya. Emas berjangka Amerika Serikat berhasil naik 0,33% menjadi $1.842,70 per ons.
Kenaikan Emas yang Terjadi
Setelah berhasil naik hampir 3% pada bulan Februari, indeks dolar bergerak 0,5% lebih rendah. Hal itu membuat emas batangan lebih murah untuk pembeli di luar negeri.
Analis independen Ross Norman mengatakan Pasar optimis dengan hati-hati untuk pemulihan ekonomi China. Hal itu menyusul data yang kuat yang sudah membuat reli dolar terbalik.
Dirinya juga menambahkan, hal tersebut pada gilirannya dapat meningkatkan emas dan juga aset berisiko. Dalam lebih dari 1 dekade pada bulan Februari, aktivitas manufaktur China telah berkembang dengan laju tercepat.
Permintaan emas fisik di hub utama sudah berhasil meningkat tahun ini disebabkan pembatasan Covid 19 yang telah dilonggarkan. Walaupun secara tradisional itu dianggap sebagai melindungi nilai inflasi.
Serta suku bunga yang lebih tinggi guna mengendalikan harga konsumen dan meredupkan selera emas. Emas mencatatkan bulan terburuknya yakni sejak Juni 2021, di bulan Februari.
Setelah serangkaian data Amerika Serikat berhasil menunjukkan ekonomi yang tangguh. Dan juga pasar tenaga kerja yang ketat, hal itu memicu kekhawatiran bahwa Federal Reserve atau FED.
Akan memberikan lebih banyak lagi kenaikan suku bunga, gunanya untuk menekan inflasi. Pelaku pasar mengharapkan suku bunga target Fed tersebut dapat mencapai puncaknya di 5,45% pada bulan September.
Dari kisaran 4,50% hingga 4,75% saat ini. Sementara itu, pada jam perdagangan sesi AS EUR/USD diperdagangkan di sekitar 1.0606. itu berarti EUR/USD pulih sedikit dari kerendahan harian di bawah 1.0600.
Setelah keluarnya data inflasi HICP dari zona Euro yang jauh lebih kuat daripada yang telah diperkirakan sebelumnya. Risalah pertemuan kebijakan ECB, ternyata gagal memicu reaksi.