Penyebab kehebohan kasus Covid-19 pada akhir tahun 2020 ternyata dialami oleh berbagai negara di belahan dunia. Bahkan banyak tindakan yang dilakukan untuk bisa mengurangi resiko akibat adanya virus corona tersebut. Di beberapa negara pun melakukan lockdown untuk mengurangi penularan Covid-19.
Akibat lockdown ini ternyata membuat ekonomi menjadi melemah, di mana karena diadakannya lockdown aktivitas bisnis harus diberhentikan dan masyarakat terpaksa di rumahkan. Produksi pabrik dan kegiatan ekonomi lainnya juga tidak berjalan sehingga mengurangi kegiatan impor dan ekspor.
Dari berbagai penyebab dan akibat diatas maka beberapa kali nilai mata uang mengalami naik turun ketidakstabilan. Apalagi melihat para investor pasar kurang percaya pada beberapa mata uang ini karena takut pelemahan nilai tukar uang secara mendadak dan membuat kerugian yang cukup besar.
Namun dapat dilihat kenaikan dan penurunan nilai mata uang ini dapat berubah sewaktu-waktu akibat belum adanya kepastian mengenai gelombang selanjutnya Covid-19. Kewaspadaan dari berbagai investor serta pelaku pasar pada minggu ini jelas terlihat mengenai Dolar AS maupun poundsterling di perdagangan Asia dan Internasional.
Data Jasa Inggris Diabaikan Sementara Nilai Pound Melemah
Pada hari Kamis malam tepatnya 3 September 2020 dikabarkan mengalami pelemahan cukup besar berkisar 0.5% menjadi 1.3275 per dolar AS. Dibalik berita ini dikabarkan bahwa data PMI sektor jasa Inggris mengalami kenaikan paling cepat sejak lima tahun terakhir dalam bidang aktivitas bisnis.
Meski demikian hal ini dianggap tidak memenuhi ekpektasi pasar dan mengakibatkan adanya ketakutan yang serius mengenai prospek kemunduran ekonomi sampai pada bulan depan. PMI jasa Inggris mencapai 80 persep GDP Inggris. Nilai pound yang melemah akhirnya membuat data jasa Inggris diabaikan.
Dari data PMI pada sektor jasa Inggris dari 56.6 hingga mencapai 58.8 yang dirilis pada bulan Agustus 2020 dilaporkan oleh HIS Markit menunjukkan skor tertinggi sejak April 2015. Akan tetapi menjadi ekspektasi terendah yang dipatok sebesar 60.1. Pelemahan ini diakibatkan oleh kasus Covid-19 yang dikhawatirkan adanya gelombang selanjutnya.
Pada sektor jasa sendiri terjadinya rebound akibat aktivitas bisnis setelah lockdown menambah besar indeks PMI. Seperti dijelaskan diatas bahwa kekhawatiran soal kasus Covid-19 membuat hal ini sulit untuk dipertahankan dalam jangka waktu yang lebih lama dari sebelumnya.
Poundsterling Menguat Menjelang Dirilisnya Data Ekonomi AS
Setelah lama bertahan dalam keadaan lemah, pada Jumat pagi data perdagangan menunjukkan poundsterling menguat terhadap dolar AS. Dari data perdagangan internasional nilai poundsterling meningkat sebesar 0,22%. GBP/USD yang meningkat menjadikan nilai ke 1,3309 ini dikutip dari data investing.com.
Adapun data pergerakan pada poundstrling bergantung dari tindakan oleh para investor di pasar perdagangan ekuitas. Kenaikan ini dianggap dapat membantu para pemerintah. Menjelas dirilisnya data ekonomi AS yang mengejutkan beberapa hari belakangan ini membuat nilai tukar pound menguat.
Beberapa tokoh mengatakan bahwa banyak investor yang mengalihkan kepercayaannya dari Dolar AS ke pound. Pendapat para tokoh ekonom mengenai hal ini dapat lebih lama bertahan jika Dolar AS tidak menunjukkan kenaikan yang signifikan. Kita semua tahu bahwa sebenarnya Dolar AS sudah lama bertahan.
Ada kabar dari negara Amerika Serikat, bahwa beberapa pekerja di PHK dan mengalami lonjakan tertinggi selama satu tahun. Hal ini dianggap menjadi keberuntungan bagi nilai tukar pound di perdagangan Asia maupun Internasional setelah sempat merosot beberapa waktu lalu.
Sebelumnya, setelah hampir dua bulan menempati posisi aman, belakangan pound mulai terlihat tidak stabil tepatnya pada minggu-minggu ini. Namun menguatnya nilai pound akhir-akhir ini diharapkan membawa dampak positif kepada masyarakat serta para pelaku pasar dan investor.
Berbagai perilaku yang dicoba untuk mengembalikan keadaan sampai pada level tertinggi sudah dilakukan dengan harapan Covid-19 juga segera berlalu. Sehingga para pelaku pasar tidak lagi ragu-ragu menanamkan saham pada mata uang tersebut. Secara signifikan sebenarnya poundsterling tidak terlalu banyak berubah.
Maksudnya poundsterling sedikit lebih lambat pergerakan ketidakstabilannya dibandingkan dengan Dolar AS, Rupiah, dan jenis mata uang lainnya yang hampir per minggu selalu ada kabar menguat dan melemahnya akibat dari para pelaku pasar dan investor dari berbagai negara.