Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Opec Menahan Produksi, Harga Minyak Melambung Ke Tertinggi

Opec Menahan Produksi, Harga Minyak Melambung Ke Tertinggi

by Didimax Team

Sejak hari Rabu di tahun 2011 harga minyak melonjak ke level paling tinggi. Penyebab utama dari terjadinya pelonjakan harga tersebut adalah peningkatan perang yang sedang terjadi antara Rusia dan Ukraina.

Namun meski begitu, OPEC beserta sekutu ternyata memutuskan untuk mempertahankan produksi minyak agar tetap stabil. Sampai saat ini diketahui bahwa lonjakan harga minyak telah mencapai harga di atas $100.

Bersama dengan negara yang saat ini sedang menghindari minyak dari produsen utama Rusia, banyak para pelaku pasar merasakan kekhawatiran besar terhadap kurangnya pasokan yang mengikuti.

Para pelaku pasar memiliki anggapan bahwa hal tersebut sangat berbahaya karena minyak merupakan salah satu kebutuhan rumah sehari-hari yang paling utama. Sehingga akan merepotkan apabila terjadinya kurang pasokan.

Tekanan terhadap negara besar yang telah menjadi patokan minyak tentu telah terjadi karena dilakukan oleh para pelaku pasar agar bisa tetap berdagang. Hal tersebut juga sangat baik karena ekonomi global akan ikut stabil.

 

Opec Beserta Sekutu Memilih Menahan Produksi Minyak

Lebih dari satu decade minyak Amerika Serikat naik ke level paling tinggi bersama patokan global yakni Brent. Harga minyak dari pemasok internasional Brent belakangan ini telah mencapai harga $113 per barel.

Hal tersebut benar terjadi setelah OPEC beserta sekutunya memilih keputusan untuk mempertahankan produksi agar tetap stabil. Namun tentu hal tersebut telah membuat beberapa pelaku pasar risau.

Karena pasar minyak telah sangat ketat sebelum invasi Rusia ke Ukraina terjadi. Ketatnya pasar minyak itu juga telah terjadi setelah negara yang sekarang menghindari minyak dari produsen utama yaitu Rusia.

Kurangnya pasokan minyak ternyata telah menjadi faktor utama yang memicu kekhawatiran para pelaku pasar. Hal tersebut karena minyak memiliki peran atau pengaruh sangat besar terhadap ekonomi global.

Lonjakan lebih dari 8% juga telah terjadi pada minyak mentah berjangka dari West Texas Intermediate sebagai patokan minyak Amerika Serikat. Level paling tertinggi telah terjadi sejak Mei 2011 yakni harga minyak mencapai $112.51 per barel.

Di ketahui juga bahwa OPEC beserta sekutunya mengatakan bahwa merekan akan melakukan peningkatan produksi di bulan April yakni sebanyak 400 ribu barel per hari. Hal tersebut telah di katakana pada hari Rabu lalu.

Dan benar akan terjadi meski memang reli minyak sudah melakukan pendorongan harga jauh di atas $100. Namun tetap saja bahwa itu telah membuat para pelaku pasar sedikit merasa tenang karena tidak akan kekurangan pasokan.

Kurangnya Pasokan Dikhawatirkan Oleh Para Pelaku Pasar

Memang tidak dapat di pungkiri bahwa kekurangan pasokan minyak sangat di khawatirkan oleh para pelaku pasar. ”Tidak ada jeda sebab ini adalah momen cukup dramatis untuk pasar dan juga dunia serta pasokan” ucap John Kilduff.

Hal tersebut benar telah di katakan oleh John Kilduff partner di Again Capital. “Jelas dunia harus melakukan perlawanan terhadap Rusia karena telah menutup ekspor minyaknya.” Tambahnya. 

Ia juga mencatat bahwa pasar dunia tidak bisa kehilangan minyak karena merupakan salah satu kebutuhan rumah utama. Untuk pertama kalinya sejak tahun 2014 setelah Rusia melakukan invasi terhadap Ukraina, lonjakan terjadi pada hari Kamis menjadi di atas $100.

Lonjakan tersebut telah terjadi baik pada WTI dan juga Brent sebagai pasokan minyak internasional. Tentu perlakuan Rusia yang menginvasi Ukraina telah membuat banyak pelaku pasar khawatir akan terjadinya kurang pasokan.

Analisis pasar senior di Oanda, yakni Ed Moya juga memberikan komentar terhadap kejadian ini. “Harga minyak mentah tidak bisa berhenti naik ke lebih tinggi sebab pasar minyak telah sangat ketat sehinga memungkinkan untuk melihat risiko lebih lanjut terhadap pasokan ketika Perang di Ukraina berlangsung.” Ujarnya.

Sementara itu sekitar 60 juga barel cadangan minyak telah di rencanakan untuk di lepaskan pada hari Selasa oleh negara anggota Badan Energi Internasional. Tentu hal tersebut merupakan usaha untuk mengurangi kenaikan harga minyak.

Tidak hanya itu saja, Amerika Serikat juga mengumumkan bahwa ia akan melepaskan minyak sekitar 30 juta barel. Namun pengumuman tersebut tidak dimenangkan oleh banyak pasar mengingat cukup tingginya harga minyak yang diperdagangkan.