Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan PMI Manufaktur Selama Pandemi di Jepang dan China

PMI Manufaktur Selama Pandemi di Jepang dan China

by Didimax Team

Beberapa negara sejak kasus Covid-19 yang menguncang dunia pada akhir tahun 2019 ternyata membawa dampak cukup besar bagi banyak di bidang. Bidang paling besar yang terkena dampaknya adalah bidang ekonomi. Dimana hampir semua negara mengalami kelumpuhan ekonomi. 

Bahkan ada negara yang sangat mengalami keterpurukan ekonomi akibat kasus tersebut. Sampai saat ini keadaan belum terlihat stabil bagi beberapa negara maju dan berkembang. Para tokoh ekonom mencoba untuk melakukan segala cara memulihkan keadaan saat ini kembali stabil sebelum akhirnya mengalami perosotan cukup besar. 

Keadaan ini juga diakibatkan oleh terjadinya lockdown yang membuat banyak masyarakat harus berkegiatan di rumah saja dan tidak menghasilkan apapun. Pabrik-pabrik tidak lagi memproduksi dan tidak ada transaksi besar antar negara seperti perjanjian maupun kegiatan ekspor dan impor. 

Pabrik yang tutup akhirnya membuat negara tidak mendapatkan pendapatan apapun selama covid-19. Hal ini sangat dirasakan pada bagian PMI Manufaktur atau sektor jasa di beberapa negara seperti China dan Jepang yang tampak membaik dan melemah dengan berbagai keuntungan dan keresahan akibat pandemi. 

 

Kondisi PMI Manufaktur Jepang dalam Keadaan Membaik

Tepat pada tanggal 01 September 2020 yaitu hari Selasa, Biro Statistik Jepang mengeluarkan kabar mengenai data dari PMI Manufaktur Jepang yang mulai menaik dari 45.2 hingga ke 47.2. Kenaikan ini cukup tinggi dibanding beberapa negara di Asia lainnya. Padahal ekspektasi para ekonom hanya sebesar 46.6

Akibat dari penularan kasus Covid-19 yang terus berkembang secara cepat sejak akhir tahun 2019 ini membuat keadaan ekonom di Jepang beberapa waktu lalu sempat merosot parah di perdagangan internasional. Terlepas dari kenaikan pada sektor jasa tersebut Jepang tampak masih berkubang di zona level 50.0.

Sejak tiga bulan lalu indeks kenaikan ini tampak naik secara bertahap. Sejak kelonggaran lockdown yang diberlakukan di Jepang sangat berperan penting dalam pemulihan sektor jasa Jepang dan ini cukup baik sejak Februari 2020. Pemerintah menyebutkan bahwa kelonggaran lockdown membantu menghidupkan aktivitas kembali di pabrik. 

Dengan dikeluarkannya berita ini, para analis merasa dapat mengembalikan optimisme agar bisa memperkirakan rebound yang tipis pada kuartal ketiga. Dibalik keadaan kondisi PMI Manufaktur yang membaik membuat nila dolar AS semakin melemah dan menguatkan mata uang Yen sehingga menjadi suatu keuntungan bagi negara Jepang. 

Dari data pair USD/JPY yang saat ini berada di kisaran harga 105.81 tampak melemah sebesar 0.08 persen dari harga harian. Keadaan ini cukup menguntungkan Jepang sejak pekan lalu dolar AS terus mengalami kenaikan yang signifikan. Akan tetapi rasa khawatir akan gelombang kedua pandemi masih tampak. 

Kondisi Sektor China Masih Kokoh, Meski PMI Manufaktur Melambat

Berbeda dengan PMI Manufaktur Jepang yang kini tampak membaik, PMI Manufaktur di China malah bergerak lambat. Ini tidak sesuai dengan ekspektasi para ekonom yang menginginkan kenaikan besar. Kenaikan tersebut berekspansi pada level 51.0 dilihat dari data PMI Manufaktur di bulan Agustus. 

Berita ini dipublikasikan pada hari Senin, 31 Agustus 2020 oleh Biro Statistik China. Penyebab dari melambatnya PMI Manufaktur China ini karena aktivitas pabrik yang tumbuh lebih lambat akibat bencana alam. Bencana alam tersebut yaitu banjir di Barat Daya negara China sehingga menganggu tingkat produksi. 

Akhirnya dapat berpotensi dalam menghambat pemulihan ekonomi di China setelah kasus Covid-19. Selain itu, para tokoh ekonom juga mengatakan bahwa kejadian ini dipicu oleh lemahnya permintaan ekspor yang saat ini berada pada zona kontraksi sekitaran angka 49.1 meski sebenarnya angka ini menunjukkan kenaikan dari sebelumnya. 

Sedangkan pada aktivitas PMI non-Manufaktur atau sektor jasa terlihat melonjak di bulan Agustus dari semula 54.2 sekarang menjadi 55.2. Pada bulan ke-6 secara beruntun ini dikatakan bahwa non-Manufaktur di China terus meningkat setelah dicabutnya “lockdown” di bulan Februari tahun 2020 lalu. 

Inilah yang membuat China tampak dalam keadaan baik-baik saja meski PMI Manufakturnya tidak bergerak secara cepat. Pemerintah China yakin bahwa keadaan perlahan lahan dapat pulih dan kembali stabil sampai kasus Covid-19 ini nantinya selesai dan menghilang di seluruh wilayah atau negara dan pabrik-pabrik kembali berproduksi.