Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Poundsterling Masih Stabil Meski Ekonomi Inggris Terancam Oleh Corona

Poundsterling Masih Stabil Meski Ekonomi Inggris Terancam Oleh Corona

by Didimax Team

Penyebaran covid-19 di seluruh dunia telah melumpuhkan beberapa perekonomian Negara dunia. Salah satu yang tak luput darinya adalah Inggris. Berdasarkan laporan harian pada Jumat 24/4/2020 telah dirilis ekonomi inggris yang kurang bagus sebagai dampak dari penyebaran corona. Namun, di sisi lain poundsterling masih tetap stabil melawan dolar Amerika Serikat.

Berdasarkan data pada hari Jumat, poundsterling mengalami kenaikan tipis ke level 0,03% di angka 1.2346. Sedangkan jika dibandingkan dengan rupiah poundsterling melemah tipis di angka 0,03% dengan data 18.954. Sejumlah angka yang dirilis pada hari Jumat menunjukan dampak buruk penyebaran virus corona terhadap ekonomi inggris.

Berdasarkan laporan Office For National Statistic (ONS), terdapat penurunan secara signifikan di sektor penjualan ritel inggris sebesar 5,1% dari bulan Maret. Penurunan ini menjadi penurunan terbesar sepanjang sejarah ekonomi inggris. Sehingga tak heran jika pandemi corona dikatakan sebagai perusak perekonomian global.

Roda perekonomian di Inggris hampir terhenti setelah terjadi penyebaran wabah corona. Pasalnya, Inggris menerapkan kebijakan karantina wilayah atau lockdown sebagai cara pencegahan penyebaran virus corona. Alhasil hanya sektor makanan yang mengalami peningkatan di Inggris. Sedangkan sektor ekonomi yang lain mengalami kelumpuhan.

Laporan yang disampaikan ONS tersebut ternyata juga lebih buruk dari perkiraan penurunan 4% yang dirilis melalui survey reuters oleh para ekonom Inggris. Berdasarkan data yang dirilis oleh GFK menggambarkan bulan April menjadi bulan dengan tingkat keyakinan konsumen terendah di Inggris sejak tahun 2009.

Tak hanya melakukan survey terhadap dampak corona saja, karena para ekonom Inggris juga melakukan serangkaian survey terhadap data ekonomi Inggris. Berdasarkan survey yang dilakukan terhadap 80 ekonom, dapat diprediksi jika Inggris akan mengalami kontraksi paling dalam sejak adanya perang dunia II pada kuartal II 2020.

 

Prediksi Ekonomi Inggris

Beberapa survey yang telah dilakukan olah para ekonom di Inggris menunjukkan adanya kekhawatiran akan gejolak ekonomi di beberapa hari ke depan. Akibatnya, Nampak pada poundsetrling. Meskipun pergerakan poundsterling masih stabil akhir pekan ini, tetapi untuk ke depannya diprediksi akan melemah.

Hal yang sama disampaikan oleh Fransesco Pesole seorang ahli strategi mata uang, yang mengatakan bahwa sterling mengalami tekanan melawan dolar Amerika Serikat beberapa hari ke depan sebagai dampak penyebaran virus corona. Krisis yang ditimbulkan oleh penyebaran virus corona ini sudah diprediksi sejak pemerintah mulai menerapkan kebijakan lockdown di Inggris.

Sampai saat ini, jumlah kasus corona di Inggris telah mencapai 140 ribu. Data tersebut menjadikan inggris sebagai Negara terbanyak ke 6 penyakit corona di dunia. Jumlah korban yang meninggal pun diperkirakan mencapai 18.791 orang sementara yang sembuh baru di angka 712 orang.

Jumlah korban meninggal akibat corona di Inggris sangta mengkhawatirkan. Hal tersebut membuat Menteri Cabinet Inggris Michael Gove belum ingin melonggarkan kebijakan terkait lockdown yang telah dilangsungkan selama 4 minggu di Inggris. Kebijakan lockdown ini sangat berpengaruh nyata pada perekonomian warga Inggris.

Penguatan Poundsterling yang Belum Terbendung

Jumlah kasus kematian yang disebabkan karena corona di Inggris terus mengalami penanjakan. Hal ini membuat kebijakan lockdown belum akan dicabut di Inggris. Kebijakan inilah yang membuat kedaan poundsterling semakin mengkhawatirkan beberapa hari ke depan. Pasalnya, beberapa Negara tetangga seperti Spanyol dan Italia mulai melonggarkan kebijakan lockdown mereka.

Tak hanya itu saja, beberapa Negara lain di Eropa layaknya Jerman juga mulai mempertimbangkan langkah menuju aktivitas normal. Sehingga diperkirakan beberapa hari ke depan terdapat perkembangan perekonomian yang signifikan di beberapa Negara eropa. Hal ini membuat Inggris semakin tertinggal yang artinya Inggris belum mampu meredam penyebaran virus corona.

AS yang menjadi titik pusat covid-19 juga mulai mengalami penurunan penyebaran. Oleh karena itu, beberapa kebijakan baru akan dibuat untuk melonggarkan pembatasan sosial di Amerika. Pelonggaran kebijakan ini akan dilakukan secara bertahap. Namun, gubernur Amerika sendiri belum merasa yakin untuk melonggarkan kebijakan tersebut.

Lockdown yang dilakukan semakin lama, maka akan semakin menurunkan nilai tukar mata uang sebuah Negara. Tak terkecuali untuk poundsterling. Berdasarkan prediksi dana moneter internasional perekonomian di Inggris diperkirakan mengalami kontraksi 6,5% yang justru angkanya lebih dalam dari kontraksi yang dimiliki Amerika Serikat.