Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Produksi Gas Terkena Imbas Anjloknya Harga Minyak Dunia

Produksi Gas Terkena Imbas Anjloknya Harga Minyak Dunia

by Didimax Team

Archandra Tahar, mantan Wakil Menteri ESDM, menyatakan bahwa produksi gas bumi secara global bisa turut terpengaruh akibat anjloknya harga minyak mentah dunia. Sebelumnya pandemik Covid-19 membawa dampak sangat signifikan terhadap permintaan minyak di pasaran. Puncaknya pada Senin (20/4/2020), harga minyak WTI anjlok sangat signifikan menjadi -37,63 dolar AS per barel.

Menurut Archandra melalui akun media sosialnya pada Sabtu (25/4/2020), harga minyak dunia yang dinamis tentu bisa berdampak ke sumber energi yang lainnya. Salah satunya adalah gas bumi. Hal tersebut karena gas yang merupakan produksi fluida ikutan minyak juga bisa berhenti produksinya, apabila kebijakan pemangkasan produksi minyak dilakukan.

 

Upaya Perbaikan Harga Minyak Bisa Berpengaruh ke Produksi Gas Bumi

Pandemik Covid-19 yang melemahkan pasaran minyak menjadikan fasilitas tempat penampungan minyak pun akan penuh. Mempertimbangkan kondisi minyak dunia saat ini, maka pada minggu ketiga bulan Mei 2020 diperkirakan fasilitas penampungan di Cushing, Oklahoma, pun akan penuh. Kapasitas yang dimiliki oleh fasilitas penampungan minyak itu sendiri adalah 78 juta barel crude.

Beberapa kebijakan sudah dirumuskan negara-negara produsen dan pengekspor minyak bumi yang tergabung dalam OPEC+ untuk menstabilkan kembali harganya. Salah satunya adalah pencapaian kesepakatan untuk memangkas produksi minyak sebesar kisaran 10% menjadi 9,7 barel per hari. Kebijakan tersebut akan diberlakukan mulai tanggal 1 Mei oleh para produsen minyak.

Maka apabila produksi minyak dikurangi, maka gas yang merupakan hasil fluida ikutan dari minyak juga akan turut berkurang jumlah produksinya. Amerika Serikat sendiri adalah konsumen gas paling besar di dunia. Sekitar 30 triliun tcf atau kaki kubik per tahun merupakan konsumsi gas bumi di Amerika Serikat. 

Apabila Indonesia dijadikan perbandingan, produksi gasnya adalah sebesar 2,9 tcf per tahunnya. Sedangkan 60 persen dari produksi gas tersebut digunakan untuk konsumsi kebutuhan dalam negeri Indonesia. Kemudian apabila kebijakan produksi minyak dihentikan dilaksanakan, maka kisaran 14 miliar tcf gas bumi pun akan menghilang dari pasaran Amerika Serikat.

Amerika Serikat memasarkan gas bumi berbentuk LNG sebesar 8 bcf per harinya ke pasaran global. Apabila produksi gas berkurang kisaran 14 bcf tiap harinya di Amerika Serikat berlangsung selama 2 bulan saja pengurangan pasokan gas menjadi signifikan. Yaitu menjadi 14 bcf per hari dikalikan 60, maka pasokannya berkurang 840 bcf.

Dampak Pengurangan Pasokan Gas dari Amerika Serikat

Archandra Tahar pun melanjutkan perkiraan yang terjadi akibat berkurangnya pasokan gas bumi. Pertama permintaan pasaran global akan gas bumi global tentunya meningkat. Maka pada musim panas nanti, yaitu kisaran bulan Juli harga dari gas bumi akan meningkat tajam. Perkiraannya peningkatan bisa mencapai 1,5 kali lebih mahal dari harganya yang sekarang.

Namun perkiraan harga ini besar kemungkinan tepatnya apabila pada musim panas tahun 2020 ini Pandemik Covid-19 telah berhasil dikendalikan. Apabila belum tentunya kemungkinan lain masih bisa terjadi. Seperti peningkatan jumlah pemangkasan minyak dunia, pasokan gas bisa lebih sedikit, kemudian permintaan pasar global, bisa meningkatkan lagi perkiraan harga gas bumi LNG.

Kemungkinan situasi minyak dan gas bumi di Amerika Serikat menurut Archandra tentunya juga bisa terjadi di negara lain yang merupakan produsen minyak dan gas bumi. Bukan hanya bisa saja terjadi, tetapi lebih tepatnya adalah kapan hal tersebut akan terjadi. Karena gas sendiri banyak yang hasil produksi fluida ikutan dari minyak.

Menurut Archandra Tahar pemerintah maupun produsen minyak dan gas perlu untuk mempelajari dan menyiapkan strategi yang terbaik untuk menghadapi skenario tersebut. Apalagi kini langkah berani telah diambil Kuwait serta Rusia yang tergabung dalam OPEC+. Salah satunya adalah rencana Rusia untuk menutup ladang minyak di beberapa lokasi, contohnya di Siberia Barat.

Selain itu, di AS pun sudah ada tindakan pemberhentian produksi minyak. Tepatnya oleh Continental Resources Inc, sebuah produsen minyak di North Dakota. Perusahaan tersebut telah memberitahukan pelanggan mengenai pemberhentian pasokan minyak mentah dari produsen tersebut. Berbagai aktivitas produksi minyak yang terjadi akhir-akhir ini tentunya memperbesar kemungkinan pengurangan produksi gas juga.