Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Rencana Pelonggaran Lockdown AS Buat Dolar Melemah

Rencana Pelonggaran Lockdown AS Buat Dolar Melemah

by Didimax Team

Pandemic corona yang kini melanda ratusan negara di dunia menjadi perhatian penuh seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah. Hingga kini belum juga ditemukan obat ataupun vaksin yang mampu mengobati virus tersebut. Data WHO mencatatkan kini korban corona telah mencapai angka hingga satu juta lebih.

Dari jumlah tersebut juga telah dihitung korban meninggal dengan total mencapai angka puluhan ribu jiwa. Hingga kini Amerika masih menduduki penderita corona tertinggi juga diikuti dengan kasus kematian. Oleh sebab itu sejak beberapa pekan lalu pemerintah dan juga presiden Trump telah menerapkan kebijakan untuk lockdown.

Keputusan tersebut sengaja diambil guna memutus mata rantai penyebaran corona agar tidak semakin banyak menelan korban. Meski demikian, keputusan lockdown tersebut rupanya membuat beberapa masalah baru seperti banyaknya pemutusan hubungan kerja. Sehingga banyak warga yang kehilangan pekerjaannya.

 

Laporan Indeks Dolar Terbaru

Ditengah badai corona yang dialami oleh Amerika dan negara lainnya, rupanya tidak berpengaruh pada nilai mata uang dolar AS. Dimana beberapa pekan lalu, mata uang tersebut sempat menjadi raja dan berangin-angin menyaingi seluruh mata uang di dunia. Tidak luput dari panahnya, rupiah juga terkena imbas.

Kala itu nilai tukar rupiah hanya hampir mencapai RP 17.000 per dolar. Tentu kondisi tersebut bukanlah suatu kabar baik untuk RI. Mengingat kenaikan dolar memiliki pengaruh besar terhadap harga barang-barang yang ada di Indonesia. Meninggalkan fenomena tersebut, kini tengah dilaporkan bahwa indeks dolar AS pada hari ini mengalami jatuh bangun.

Tercatat kini menempati posisi 100.42 pasca keberhasilannya menempati angka tertinggi sebesar 100.87 pada perdagangan kemarin. Meskipun mengalami penurunan akan tetapi pencapaian tersebut masih termasuk tinggi dan hanya mengalami penurunan sangat tipis. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk refleksi kepanikan pasar yang mulai berkurang.

Selain itu, penurunan angka tersebut juga dirasa sebagai menurunnya kebutuhan investor akan safe heaven. Adanya perilisan data ekonomi Amerika yang kini semakin membaik juga menjadi kabar baik untuk optimisme pasar. Menyusul adanya rencana kebijakan negara tengah yang kini akan mulai membuka lockdown secara bertahap.

Rencana pembukaan tersebut tentu memiliki tujuan khusus seperti guna menormalkan kembali kondisi ekonomi dan juga seluruh aktifitas warga meskipun secara terbatas. Pada kondisi seperti saat ini, Amerika masih mampu mencatatkan jumlah persentase pemesanan barang untuk non pertahanan mampu bertahan dengan kenaikan 0.1 persen.

Pencapaian tersebut tentu menjadi sebuah kabar menggembirakan untuk Amerika. Mengingat pada prediksi sebelumnya bahwa negara tersebut akan mengalami perlambatan ekonomi hingga -6.0 persen. Data penting juga mencatatkan pada pesanan barang tahan lama kini lebih baik dari prediksi awal. Terkecuali pada pertumbuhan total setiap bulan hanya mampu -14.4 persen. Sementara pada ekspektasi sebelumnya yaitu sebesar -11.91 persen. 

Bursa Saham AS yang Lebih Optimis

Perdagangan yang dilakukan oleh Amerika cenderung lebih beragam. Seperti pada bursa saham yang kini lebih optimis mengingat akan diberlakukannya kebijakan pembukaan lockdown. Meskipun ada beberapa informasi menyebutkan ada berita negative mengenai intel dan juga boeing yang akan menjadi beban untuk pasar.

Kedua perusahaan tersebut selanjutnya akan melaporkan kondisi keuangan mereka yang kurang memuaskan sebagai akibat pandemi corona yang tengah melanda. Beberapa negara bagian Amerika juga telah mengumumkan untuk kembali beroperasi dan membuka kembali aktifitasnya. Hal ini dapat dilakukan karena pandemi corona dianggap telah mencapai puncak.

Negara tersebut diantaranya seperti Texas, Montana, Ohio dan juga Tennesse. Kebijakan tersebut tentu menjadi sebuah berita menggembirakan bagi para pelaku pasar. Hingga kini telah dilaporkan bahwa nilai dolar sedang unggul dibanding dengan poundsterling setelah Inggris melaporkan data terburuknya pada masa kini.

Disepanjang sejarah, baru tahun ini Inggris melaporkan data dengan kondisi paling buruk. Hal ini juga tidak terlepas dari pengaruh virus corona yang tengah menjangkit. Pada perdagangan diketahui euro dinilai lebih sideways melawan greenback. Dibalik itu semua nilai fundamental akan lebih lemah mengingat pemimpin 

Uni Eropa kehilangan kemampuannya untuk menyelesaikan masalah ekonomi global akibat pandemi corona. Namun dengan dibukanya lockdown di negara Eropa diharapkan kondisi ekonomi akan semakin membaik.