Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Rupiah Berpotensi Menguat Jika Pasar Mulai Dibuka Hari Ini

Rupiah Berpotensi Menguat Jika Pasar Mulai Dibuka Hari Ini

by Didimax Team

Mulai hari ini, perdagangan valuta asing resmi libur di pasar spot. Seandainya pasar bisa dibuka secara mendadak, Rupiah berpotensi mengalami penguatan secara signifikan. Penguatan ini terutama terhadap Dolar AS yang mendekati 17 ribu rupiah beberapa waktu lalu. Hanya saja hal ini tidak bisa direalisasikan karena pasar memng sedang tutup.

Sebagian penduduk dalam negeri sedang melaksanakan hari Raha Nyepi. Jadi tentu saja sebagai bentuk toleransi kegiatan lain juga diliburkan. Tentunya pasar keuangan tanah air juga termasuk di dalamnya. namun jika saja hari ini bukan hari raya nyepi, ada potensi penguatan yang sangat tinggi bagi rupiah.

Bukan tanpa alasan, anda bisa melakukan analisa terhadap kondisi Pasar NDF ata Non Deliverable Forward di luar negeri. Kalau kita mengambil sumber dari kondisi pasar NDF ini, nilai tukar rupiah benar-benar mengalami perubahan yang sangat signifikan. Bahkan hal ini terjadi kepada setiap tenor yang ada di dalamnya. Hal ini semakin jelas saat menjelang penutupan.

 

Instrumen NDF Berikan Gambaran Jelas Terkait Posisi Rupiah

NDF sebagai instrumen perdagangan mata uang berjangka memiliki patokan kurs khusus yang tidak bisa diganggu gugat. Sayangnya jenis pasar satu ini tidak ada di Indonesia. Instrumen satu ini hanya ada di beberapa pusat keuangan berkelas di dunia seperti di Hongkong, Singapura, Londong ataupun New York.

Pasar NDF ini sendiri cenderung berpengaruh terhadap kondisi psikologis para pembentuk harga yang ada di pasar. Terlebih di pasar spot, instrumen satu ini memiliki peranan yang sangat signifikan. Tak mengherankan jika kemudian kurs yang ada di NDF ini diikuti oleh kondisi pasar spot. Berdasarkan instrumen satu ini, terlhat jelas kalau rupiah mengalami penguatan yang sangat signifikan. 

Pasalnya Dolar AS mengalami penurunan yang sangat signifikan. Ada banyak sekali pemicu hal ini. Salah satunya adalah blunder pada keputusan politikus AS dan Bank Sentral mereka. Hal ini membuat Dolar AS mengalami penurunan hingga ke level 101.448 dan mengalami penurunan hingga 0,58% dari segi indeks. Bahkan hal ini mulai terjadi pada 25 Maret 2020 lalu.  

Penurunan Dolar Dipengaruhi Keputusan FED

Sekedar informasi, penuruan signifikan yang dialami oleh Dolar AS ini dipicu oleh pergerakan The Fed yang melakukan pembelian terhadap segala aset dan quantitative easing secara tak terbatas. Sudah tentu hal ini membuat Dolar terus mengalami pelemahan seiring dengan berjalannya waktu.

Meskipun begitu, dipercaya dolar akan segera mengalami penguatan pasca terjadinya penurunan ini. Akan terjadi rebound yang sangat tinggi dibalik penurunannya. Para pakar berpendapat kalau keputusan FED untuk melakukan akuisisi akan berdampak positif beberapa waktu kedepan meski tidak untuk hari ini.

Pasalnya hal ini dilakukan oleh FED demi melakukan penekanan terhadap pandemi virus corona yang terus menghantui banyak orang, termasuk di AS. Kalau dibiarkan, pandemi satu ini malah bisa membuat perekonomian lumpuh dengan sebenarnya.

Bahkan The Fed mengatakan kalau mereka tidak memiliki batasan sedikitpun dalam melakukan proses akuisisi ini. Mereka akan mengeluarkan dana sebesar apapun demi menunjang terjadinya kelancaran kebijakan ekonomi moneter dan fungsi yang ada. Hal ini dipercaya akan membantu memulihkan kondisi ekonomi dan finansial negara secara penuh kedepannya.

The FED Sudah Siapkan Serangan Lainnya

Tak berhenti sampai disitu, ternyata the fed juga sudah menyiapkan serangan lain demi terlaksananya pemulihan ekonomi di AS. Dalam sistem QE yang dicanangkan kali ini, FED tidak hanya membeli surat utang dari pemerintah, tapi juga melakukan pembelian terhadap EBA atau Efek Beragun Aset berupa properti.

Bahkan mereka juga optimis untuk melakukan pembelian ETF atau Exchange Traded Fund dan Obligasi Koorporasi. Tentunya jenis obligasi korporasi yang akan diakuisisi oleh FED adalah jenis obligasi dengan status investment grade, obligasi dengan status lain tidak akan terlalu dipertimbangkan karena tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perekonomian.

Jika melihat sejarah, baru kali ini FED melakukan tindakan demikian. Ini meruakan pertamakalinya FED melakukan gebrakan ekonomi secara total. Biasanya mereka hanya melakukan sebagian dan sifatnya hanya sebagai pendukung saja. Namun menghadapi wabah Covid 19, segalanya menjadi mungkin dan tidak terprediksi.