Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Rupiah Diprediksi Rp 15.000 per Dolar Akibat Invasi Rusia

Rupiah Diprediksi Rp 15.000 per Dolar Akibat Invasi Rusia

by Didimax Team

Pada Jumat pagi, nilai tukar mata uang rupiah sedikit menguat per dolar AS menjadi Rp 14.386. Nilai rupiah diprediksi akan melemah sebagai dampak dari serangan Rusia yang diluncurkan ke Ukraina.

Menurut data yang diambil dari Bloomberg, pada 09.20 WIB nilainya menguat dari hari sebelumnya Rp 14.391 menjadi Rp 14.373 per dolar AS. Pergerakan dari mata uang lain di Asia juga bervariasi.  

Penguatan terjadi juga pada yuan Cina 0,15%, dolar Singapura 0,04%, yen Jepang 0,14%, ringgit Malaysia 0,1% dan bath Thailand 0,21%. Namun, di beberapa negara nilai mata uangnya justru mengalami penurunan.

Contohnya pada rupee India turun 1,46%, peso Filipina 0,46%, dolar Taiwan 0,1% dan won Korea Selatan 0,03%. Sedangkan, untuk dolar Hong Kong masih stabil.

 

Nilai Rupiah Diperkirakan Melemah Akibat Konflik Rusia Ukraina

Rully A. Wisnubroto, analis pasar uang dari Bank Mandiri memprediksi rupiah melemah pada rentang Rp 14.375 hingga Rp 14.455 per dolar AS. Hal ini dikarenakan munculnya persepsi buruk dari investor.

Apalagi konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina yang semakin memuncak mulai dari awal minggu ini. Bahkan, sempat terdengar ledakan di berbagai kota.

Rully juga menambahkan bahwa indeks dolar AS yang tinggi hingga 97,74 dapat meningkatkan tekanan pada rupiah di perdagangan akhir minggu ini. Beberapa waktu terakhir terdapat sinyal positif terhadap rupiah.

Hal ini dikarenakan arus modal asing yang masuk ke pasar keuangan Indonesia mengalir deras. Menurut data di Bank Indonesia, modal asing yang mengalir ke pasar keuangan domestik mencapai Rp 10,81 triliun.  

Selain itu, sebagai akibat dari harga komoditas, minyak sawit, batu bara dan lainnya yang meningkat. Namun, menurut Rully adanya konflik tersebut tidak mampu menahan dampak pelemahan secara global.

Ariston Tjendra, seorang analis pasar uang justru optimis bahwa rupiah akan menguat antara Rp 14.330 sampai Rp 14.350. Adapun prediksi dari potensi resistance adalah sekitar Rp 14.400.

Ariston juga berpendapat pasar optimis tidak akan ada perang besar. Hal ini tampak pada sikap pemimpin Eropa dan presiden AS yang tidak memilih jalan konfrontasi militer untuk mengatasi invasi Rusia.

Situasi ini masih sangat dinamis sehingga pelaku pasar harus waspada dengan perkembangan krisis Ukraina. Apabila NATO melakukan balasan militer maka akan memberikan dampak negatif bagi pasar keuangan.

Sebaliknya, jika ada upaya diplomasi maka efeknya terhadap pasar keuangan menjadi positif. Meskipun covid-19 masih tinggi, namun pasar tetap optimis terhadap potensi pemulihan ekonomi Indonesia.

Dampak Invasi Rusia bagi Indonesia

Menurut direktur CELIOS Bhima Yudhistira, ketegangan Ukraina Rusia akan membebani di sektor keuangan. Dampaknya sangat terasa terutama bagi sektor keuangan Indonesia.

Hal ini dikarenakan pada 24 Februari kemarin nilai tukar rupiah sudah bergerak ke Rp 14.500. Rupiah akan terus mengalami pergerakan bahkan hingga mencapai Rp 15.000 per 1 dolar.

Hal tersebut terjadi jika konflik terus meluas dan banyak negara yang terlibat. Kondisi ini menyebabkan timbulnya instabilitas. Pengaruh konflik juga menyebabkan pergerakan sejumlah mata uang di negara Asia lainnya.

Selain itu, akan merugikan terutama untuk proses pemulihan dan juga moneter di Indonesia akibat negara-negara maju mengalami kenaikan suku bunga. Dampak berikutnya terjadi pada harga komoditas.

Harga minyak mentah per barel sudah mencapai lebih dari 100 dolar AS. Akibatnya, inflasi meningkat sehingga biaya logistik dan harga barang-barang semakin mahal.

Tingginya harga berbagai kebutuhan pokok membuat daya beli masyarakat menjadi semakin rendah. Selain itu, terjadi pembengkakan subsidi energi yang cukup signifikan.

Dampak lainnya, pergerakan pasar mata uang di negara-negara yang masih berkembang terancam termasuk nilai mata uang rupiah. Ibrahim Assuaibi, direktur PT TRFX Garuda Berjangka juga mengungkapkan bahwa rupiah akan melemah.

Dolar yang merupakan aset safe haven menjadi pelarian para investor dari adanya fluktuasi bursa ekuitas. Efeknya terjadi penguatan indeks dolar. Banyak orang yang beralih berinvestasi ke emas, treasuri hingga dolar.

Apabila invasi tidak kunjung berakhir maka diperkirakan nilai rupiah akan terus melemah, mengingat indeks dolar yang semakin menguat. Dengan demikian, juga mempengaruhi keuangan di Indonesia karena meningkatnya harga bahan pokok.