Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Rupiah Ditutup Melemah Rp15.537 Per USD

Rupiah Ditutup Melemah Rp15.537 Per USD

by Didimax Team

Nilai tukar dari Rupiah melemah menjadi 18 poin pada level Rp15.537 per dollar Amerika (AS) pada perdagangan hari ini. Menurut pendapat dari pengamat pasar uang yakni Ibrahim Assuaibi memberikan penjelasan bahwa pelemahan tersebut berbanding terbalik dengan kondisi perekonomian Indonesia. 

Bagaimana tidak, berdasarkan dengan rilis neraca dagang pada bulan Oktober 2022 terjadi surplus secara month to month. Ibrahim juga menambahkan bahwa para pelaku pasar memberikan respon positif terhadap rilisan neraca dagang Indonesia pada Oktober. 

Di mana pada rilisan tersebut menunjukkan sudah terjadi surplus USD 24,81 miliar. Kemudian untuk nilai ekspor Oktober 2022 berada pada ngka USD 24,81 miliar. Kondisi tersebut ternyata naik menjadi 0,13 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya. 

 

Impor Oktober 2022 Mencapai USD 19,14 Miliar

Pihak dari Ibrahim ternyata juga menambahkan bahwa impor yang terjadi pada bulan Oktober 2022 mencapai hingga USD 19,14 miliar. Angka impor secara bulanan justru mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya yakni September. 

Di samping itu, untuk utang luar negeri Indonesia yang terjadi pada kuartal III 2022. Posisi utang luar negeri Indonesia di akhir kuartal III tersebut tercatat dengan angka USD 394,6 miliar. Jika Anda lihat secara kuartalan turun dari sebelumnya dimana berada di angka USD 403,6 miliar pada kuartal I. 

Adapun perkembangan tersebut ternyata disebabkan karena penurunan ULN sector public yakni Pemerintah dan Bank Sentral ataupun di sector swasta. Sedangkan apabila diamati secara tahunan, posisi ULN kuartal III 2022 mengalami kontraksi mencapai 7,0% (yoy). 

Kondisi tersebut ternyata jauh lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi yang terjadi dalam triwulan sebelumnya yakni di persenan 2,9% (yoy). Sementara itu, Ibrahim juga memberikan pemahaman mengenai indeks dollar. 

Di mana lebih tinggi sesudah jatuh sebesar 4% pada minggu lalu. Hal tersebut ternyata menandai penurunan mingguan terbesar dari Maret 2020. Hal tersebut sesudah data menunjukkan bahwa harga konsumen AS mengalami kenaikan kurang dari yang diharapkan pada Oktober dan akhirnya mendorong taruhan buat kenaikan suku bunga the FED lebih lambat ke depannya. 

Lain halnya dengan komentar yang diberikan oleh Gubernur The Fed Christopher Waller di mana mengatakan bahwa Greenback terlihat memperoleh keuntungan di hari Senin sebelumnya dari pembacaan investor.

Bukan hanya itu saja, Waller juga memprediksi bahwa untuk perdagangan hari Rabu, mata uang rupiah akan dibuka fluktuatif tetapi ditutup melemah di rentang Rp15.520-Rp15.570.

Ibrahim juga menyebutkan bahwa surplusnya neraca perdagangan di Indonesia para periode ini akan diramal melandai hingga akhir tahun 2022. Hal tersebut seiring dengan adanya tren penurunan harga komoditas ekspor utama Indonesia seperti baja dan besi, crude palm oil, hingga batu bara. 

Selain itu, kinerja impor juga diperkirakan akan lebih tinggi sejalan dengan adanya pemulihan sekstor industri. Di mana kondisi tersebut mendorong impor bahan baku sekaligus barang modal diperkirakan mengalami peningkatan. 

RI Cetak Surplus Dagang dengan 9 Member G20

Sementara itu, sebagai informasi tambahan Indonesia ternyata mempunyai surplus dengan 9 anggota dari G20 kecuali negara Jerman, Prancis, Rusia, sekaligus Arab Saudi. Berdasarkan dengan catatan dari Badan Pusat Statistik mencatat bahwa Indonesia mendapatkan surplus perdagangan kumulatif dengan anggota G20 dalam periode Januari-Oktober 2022. 

Adapun total surplus tersebut adalah 27,6 milliar dollar Amerika Serikat. Tentu jumlah tersebut sudah melampaui total surplus dagang sepanjang tahun 2021 lalu dengan G20 yakni sebesar 16,4 miliar USD. 

Deputi dari Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Setianto menyampaikan bahwa terdapat sejumah golongan barang eksport utama yakni dari Indonesia kepada anggota G20 yang mempunyai kontribusi terhadap capaian surplus tersebut. 

Adapun barang eksport tersebut meliputi bahan bakar mineral atau HS 27 senilai 30,55 miliar dollar AS, lemak dan minyak hewan/nabati (HS 26) mencapai 17,89 miliar USD hingga besi dan baja (HS 72) menjadi USD 18,7 miliar. 

Walaupun demikian, Indonesia ternyata tidak mencetak surplus kepada semua member dari G20 tersebut. Dari 20 anggota, Indonesia hanya mencatatkan surplus dengan 9 anggota seperti India, Amerika Serikat, Italia, Uni Eropa, Turki, Korea Selatan, Inggris, Meksiko, dan Jepang. 

Sedangkan Indonesia justru masih mengalami deficit atas Prancis, Jerman, Afrika Selatan, Kanada, Rusia, China, Arab, Australia, dan lainnya.

KOMENTAR DI SITUS

FACEBOOK

Tampilkan komentar yang lebih lama