Ditengah krisis global akibat virus corona, rupanya pengaruh besar pada mata uang negara didunia sangat kuat. Salah satu mata uang yang selalu menjadi bayang-bayang mata uang lain ialah mata uang Eropa. Dimana mata uang ini memiliki daya tarik besar serta banyak diminati oleh para investor sebagai payung hijau.
Terlebih pada mata uang dolar Amerika, nilai mata uang mampu bersaing dengan ketat melawan mata uang asing lainnya. Bahkan saat ini meskipun sedang dilanda pandemi corona, negara Amerika mampu bertahan dengan sangat sigap. Hal ini terbukti dari nilai tukar dolar Amerika yang berhasil merajai disejumlah mata uang asing lainnya.
Lain hal dengan kondisi mata uang Indonesia yang kini mengalami pelemahan selama beberapa pekan terakhir. Kondisi pelemahan tersebut tidak terlepas dari pengaruh pandemi virus corona yang kini melanda negeri. Tidak hanya berpengaruh pada nilai mata uang rupiah saja, akan tetapi juga merambah ke sektor perekonomian Indonesia yang gonjang ganjing.
Nilai Rupiah Sempat Menguat di Bulan April
Pada perdagangan hari Rabu 22/04/2020 nilai tukar rupiah mengalami pelemahan. Kondisi ini memang tidak menguntungkan untuk mata uang Indonesia karena berdampak pada biaya pengeluaran seperti belanja negara yang dipaksa harus mengeluarkan banyak dana. Akan tetapi jika dilihat selama beberapa hari pada bulan April ini, rupiah sempat mengalami penguatan.
Rupiah masih tercatat memiliki kinerja yang cukup impresif sepanjang bulan ini. Pada faktanya mata uang asing yang merajai dunia seperti mata uang Eropa rupanya berhasil untuk dibantai. Setelah beberapa pekan lalu rupiah memang mengalami pelemahan hingga ke titik puncak bahkan tercatat sebagai mata uang terlemah di Asia.
Dilihat dari data yang Refinitive sekitar malam tadi pukul 18:45 WIB, mata uang rupiah memang sedang berada pada fase terlemah. Data yang tercatat yaitu menampilkan angka melemahnya rupiah pada angka 0,17% dibanding dengan mata uang euro atau setara dengan Rp 16.745,96/EUR. Setelah itu dibandingkan dengan mata uang Poundsterling, nilai tukar rupiah jauh dari harapan yaitu senilai Rp 19.054,42/GBP.
Sementara itu berbanding dengan franc swiss, rupanya mata uang rupiah juga melemah pada level 0,15% yang setara dengan Rp 15.902,52/CHF. Dibalik fakta tersebut, jika diamati selama bulan April ini terlebih hingga Selasa kemarin, rupiah mulai merangkak naik serta berhasil mengalahkan ketiga mata uang Eropa tersebut.
Bahkan pencapaian rupiah yaitu mampu melewati angka 7%. Sementara Poundsterling dibuat lemas dengan dengan persentase perbandingan sebesar 6,47%. Tidak luput mata uang frenc yang dipukul hingga kisaran level 6,72%. Penguatan rupiah tersebut rupanya sebagai akibat dari sentiment pelaku pasar yang kini mulai membaik mulai Maret.
Membaiknya Sentimen Pelaku Pasar
Akibat dari membaiknya sentimen pelaku pasar, rupanya menjadi momok menjadi para lawan-lawannya. Kondisi kemajuan sentimen tersebut merupakan akibat dari pandemi virus corona yang melanda berbagai negara didunia. Bahkan korban dari virus corona semakin tinggi seperti yang dicatatkan oleh lembaga kesehatan dunia WHO.
Hingga kini modal asing atau sering disebut dengan hot money akan kembali mengalir ke Indonesia. Tentu hal ini menjadi angina segar untuk Indonesia sendiri setelah sempat beberapa pekan lalu kabur hingga mencapai angka ratusan triliun pada Maret lalu. Kabar menguatnya sentimen global juga membuat obligasi pasar Indonesia semakin membaik.
Akan tetapi penguatan tersebut rupanya juga dipengaruhi oleh harga minyak. Sehingga penguatan rupiah akan mengalami banyak koreksi dan berpotensi mengalami pelemahan kembali. Dilaporkan pada Senin kemarin harga minyak dari perdagangan WTI rupanya mengalami minus dan menyebabkan harga minyak semakin ambles.
Bahkan harga minyak yang dirilis oleh Refinitiv, minyak WTI yaitu hanya berkisar sebesar US$ -40,32 per barel. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa harga minyak pada perdagangan WTI diakhiri dengan harga -37,63 per barel. Angka tersebut rupanya mengalami penurunan sangat tajam yaitu mencapai 305,97% pada awal pekan.
Minusnya harga minyak pada perdagangan WTI tersebut merupakan kontrak untuk bulan Mei. Tepatnya telah jatuh tempo pada hari Selasa kemarin. Sementara itu, telah tercatat bahwa kontrak akan berakhir pada bulan Juni mendatang.