Minyak mentah dunia semakin meningkat sebagai dampak terjadinya perang Rusia terhadap Ukraina. Indonesia menjadi salah satu yang ikut merasakan imbas ini, terlihat dari data Indonesia Crude Price atau ICP.
Padahal, kenaikan sudah terjadi di Indonesia April 2020 ketika pandemi baru saja dimulai. Ketika itu posisi sudah berada di USD 20/barel dan meningkat hingga USD 85,9/barel pada Januari 2022.
Agung Pribadi sebagai Kepala Biro Komunikasi dan ESDM mengungkapkan jika konflik Rusia dan Ukraina di tengah pandemi akan membuat harga minyak akan terus meningkat. Bahkan Brent sudah menembus angka lebih daru USD 100/barel.
Tren minyak yang melambung juga adanya pandemi covid-19 yang belum selesai membuat Pemerintah terus memberikan perhatian lebih. Apalagi sebagian dari bahan bakar maupun yang masih mentah masih impor dari negara lainnya.
Harga Minyak Dunia Pasca Invasi
Indonesia bukan hanya satu-satunya yang berdampak dengan adanya agresi militer antara Rusia dan Ukraina. Memanasnya dua negara juga berimbas pada naiknya material bahan bakar di dunia.
Serangan Rusia ke Ukraina
Kamis pagi (24/02) Presiden Putin memerintahkan serangan ke Ukraina setelah meningkatkan militer di sepanjang perbatasan selama berbulan-bulan. Hal tersebut dipicu setelah pemimpin Kremin memberi pengakuan atas kemerdekaan di wilayah Ukraina Timur.
Dari laporan NBC News, ledakan terjadi di Kiev, Ibukota Ukraina. Selanjutnya terjadi krisis secara cepat dan sulitnya laporan spesifik terkonfirmasi daru negara tersebut. Dengan adanya agresi membuat dunia internasional langsung melakukan tindakan tegas.
Berbagai sanksi dilakukan, salah satunya dengan menekan perekonomian Rusia dengan menghentikan berbagai ekspor perdagangan. Hal ini juga berimbas dengan gejolak harga minyak di dunia, salah satunya Indonesia.
Harga Minyak Dunia
Setelah Rusia melakukan serangan terhadap Ukraina, minyak mentah di dunia langsung mengalami lonjakan. Harga patokan internasional Brent untuk pertama kalinya melambung bahkan hingga USD 100/barel sejak terakhir tahun 2014.
Meski begitu, Presiden Joe Biden yang memberikan sanksi terhadap Rusia ternyata memberikan dampak. Sebab setelahnya, harga mengalami penurunan di sepanjang perdagangan sore pada Wall Street.
Peperangan yang terjadi antara Rusia dan Ukraina diprediksi akan memiliki implikasi yang luas pada pasar energi. Hal ini karena Rusia merupakan produsen terbesar kedua penghasil gas alam di dunia.
Laman CNBC, Jumat (25/02), menyebut bahwa lonjakan lebih dari USD 20/barel sudah terjadi ketika awal tahun bersamaan dengan ketegangan antara Rusia dan Ukraina. Gelombang sanksi yang diberikan secara internasional diprediksi akan menganggu pasokan.
Brent telah mengalami kenaikan hingga 8 persen mencapai titik tertinggi USD 105,79/barel, merupakan yang paling tinggi sejak Agustus 2014. Sementara West Texas Intermediate AS naik hingga lebih dari 9 persen hingga USD 100,54 sejak Juli 2014.
PT Pertamina Pastikan Suplai Aman
Invasi membuat harga minyak mentah terus meroket sehingga PT Pertamina Persero terus melakukan pemantauan terhadap perkembangan dari pasar migas dunia. Naiknya harga merupakan pengaruh daru demand energi secara global dan ketegangan politik Eropa Timur.
Bisnis perusahaan bisa ikut terpengaruh sehingga sangat penting untuk terus melakukan monitor terhadap kondisi energi global. Sehingga dengan begitu, ketahanan energi secara nasional bisa terjamin, termasuk suplai dari BMM maupun LPG.
Pertamina telah berusaha untuk mempertahankan kinerja operasional, mulai dari hulu hingga hilir untuk menjaga suplai tetap stabil serta ketahanan energi meningkat. Pertamina sendiri memiliki pasokan minyak mentah baik dalam maupun luar negeri sehingga suplai fleksibel.
Minyak mentah yang dibutuhkan dalam negeri sebagian merupakan produksi melalui Subholding Upstream serta suplai produksi KKKS Indonesia. Sementara mekanisme pengadaan dilakukan secara long-term dan disesuaikan dengan short term.
Hal itu digunakan baik bahan mentah maupun yang sudah berupa produk seperti BBM serta LPG. Semuanya juga disesuaikan dengan kebutuhan serta telah direncanakan dengan matang.
Selain melakukan tugas dalam pendistribusian energi ke seluruh wilayah du Indonesia, Pertamina juga perlu antisipasi dinamika pasar global. Sebab saat ini memberikan potensi tekanan terhadap kinerja keuangan perusahaan sektor hilir.
Pertamina tidak hanya memantau perkembangan migas di dunia, namun juga melakukan kajian, juga evaluasi, sekaligus koordinasi dengan stakeholder. Dengan begitu bisa melihat dampak strategis, juga penetapan BBM non subsidi agar terjaga.
Ketegangan yang terjadi di Eropa Timur membuat harga minyak dunia naik dan berimbas di Indonesia. Meski demikian, Pertamina terus melakukan upaya sehingga suplai kebutuhan nasional tetap aman terjaga.