Harga minyak kembali melemah di akhir perdagangan hari Rabu (10/5/2023), Kamis pagi WIB. Penurunan harganya lebih dari satu dolar per barelnya, mengakhiri reli beruntun selama tiga hari.
Penurunan terjadi pasca data ekonomi menunjukkan kemungkinan kenaikan suku bunga akan dilanjutkan Federal Reserve AS. Berdasarkan laporan tersebut, pada April harga konsumen AS naik, menjadikan kemungkinan Fed akan pertahankan suku bunga.
Sebelumnya harga crude oil memang bergejolak pada awal perdagangan Rabu (10/5/2023). Labilnya harga minyak ini dikarenakan AS berencana isi kembali cadangan minyak darurat negara.
Minyak Mentah Brent dan WTI Masing-Masing Turun Lebih dari 1%
Minyak mentah berjangka Brent harganya jatuh 1,3% atau $1,03 USD menjadi $76,41 per barel, pengiriman Juli. Sedangkan untuk West Texas Intermediate (WTI), jatuhnya 1,6% menjadi $72,56 per barel pengiriman Juni.
Harga konsumen AS bulan April yang naik, menjadikan Fed kemungkinan tetap pertahankan suku bunga lebih tinggi. Ketika naik suku bunga global, maka akan membebani harga minyaknya dalam beberapa bulan terakhir.
Jay Hatfield, CEO Infrastructure Capital Management menyebutkan, “Akibat kekhawatiran mengenai pertumbuhan ekonomi, harga minyaknya menjadi tertekan”. Hatfield menambahkan hal ini berkaitan krisis perbankan dan kelemahan musiman karena permintaan energi moderat.
Persediaan crude oil AS sendiri naik pekan lalu sekitar 3 juta barel. Badan Informasi Energi (EIA) menyebutkan kenaikan persediaan ini dikarenakan berkurangnya ekspor dan rilis lain dari cadangan nasional.
Data industri yang dirilis hari Selasa (9/5/2023) sore hari juga dikonfirmasi laporan pemerintah dimana terjadi kenaikan tidak terduga. Hal ini menjadikan beban harga untuk mayoritas sesi Rabu hari berikutnya.
Sebelumnya Reuter melakukan survei pada para analisis, dimana hasilnya menunjukkan perkiraan penarikan minyak mentah sebanyak 900.000 barel. Peningkatan persediaan AS sendiri cukup mengejutkan dan memperburuk kekhawatiran.
Apalagi impor minyak mentah lebih rendah serta pertumbuhan ekspor bulan April di China lebih rendah. Namun penurunan crude oil price dibatasi oleh melonjaknya permintaan bensin jelang musim mengemudi Amerika Serikat.
AS sendiri mengalami penurunan persediaan bensin sebanyak 3,2 juta barel di minggu lalu. Tentunya ini jauh lebih besar dibandingkan perkiraan penarikan oleh para analisis, diperkirakan sekitar 1,2 juta barel.
Sebelumnya Harga Minyak Sempat Labil Karena AS
Sebelum perilisan data inflasi AS, harga crude oil memang sempat bergejolak di awal perdagangan hari Rabu (10/5/2023). Pergejolakan terjadi karena pemerintah AS berencana isi kembali cadangan darurat negara.
Labilnya harga ditunjukkan oleh harga WTI yang menurun 0,12% menjadi $73,62 per barel. Setelah sebelumnya sempat ditutup menguat pada perdagangan Selasa (9/5/2023), naik 0,75% menjadi posisi $73,71 per barelnya.
Sementara itu minyak mentah brent stabil naik sebelum akhirnya turun pada akhir perdagangan. Dimana pada Selasa naik 0,89% menjadi $77,3, kembali naik 0,26% pada awal perdagangan menjadi $77,5 per barel.
Karena merupakan konsumen minyak dunia, AS memang sangat berpengaruh ke harga brent oil maupun WTI. Selain itu perkembangan di AS juga berpengaruh besar pada harga emas intan.
Pergejolakan terjadi diakibatkan pemerintahan Amerika Serikat berniat membeli minyak guna isi cadangan strategis. Menurut eksekutif energy berjangka di Mizuho, Robert Yawger, pembelian bertujuan untuk bantu tutupi spekulatif jangka pendek juga.
Jennifer Granholm, Sekretaris Energi AS menyebutkan apabila pemerintah dapat membeli kembali minyak mentah. Apalagi Presiden Joe Biden pada tahun sebelumnya telah mengeluarkan cadangan minyak strategis.
EIA atau Badan Administrasi Informasi Energi dari AS memberi laporan dimana permintaan musiman yang lebih tinggi. Sementara itu outputnya lebih rendah, dimana dapat menopang pergerakan harga dari crude oil.
EIA dalam Prospek Energi Jangka Pendek mengungkapkan, “Kami perkirakan kenaikan musiman dalam konsumsi minyak”. EIA menambahkan apabila diperkirakan ada penurunan produksi minyak mentah, serta OPEC berikan tekanan pada harganya.
Selain itu EIA perkirakan juga produksi crude oil AS akan meningkat sebesar 5,1% menjadi 12,53 juta barrel per day pada 2023. Namun memang EIA melakukan pemangkasan proyeksi output tahun selanjutnya.
Akhir perdagangan Rabu (10/5/2023) menghasilkan harga WTI maupun minyak brent yang melemah lebih dari 1% pasca data inflasi AS. Dimana sebelumnya sempat bergejolak akibat pemerintah AS berencana isi kembali cadangannya.