Sentimen pelaku pasar kini sedang dalam kondisi memburuk, tampak dari turunnya bursa saham global. Namun demikian, nilai rupiah justru semakin menguat melawan dolar Amerika Serikat pada awal perdagangan, Selasa (8/3/2022).
Nilai rupiah langsung menembus 0,14 persen yaitu menuju ke Rp 14.385 pers US$. Kemudian bertambah menjadi 0,17 persen ke Rp 14.380 per US$. Nilai tukar rupiah tersebut masih bertahan hingga 09.17 WIB.
Sebenarnya penguatan rupiah tersebut sudah diprediksi sebelum pembukaan perdagangan di pasar non-deliverable forward (NDF). Di mana posisinya lebih kuat daripada beberapa saat sebelum penutupan perdagangan pada awal pekan kemarin.
Konflik yang masih mencuat antara Rusia dan Ukraina menjadi latar belakang menguatnya nilai rupiah terhadap dolar AS. Tak hanya itu, harga-harga komoditas juga turut meningkat drastis, terutama pada sektor energi.
Kenaikan Harga Sektor Energi
Kenaikan harga di sektor energi itu dibuktikan dengan harga minyak jenis brent yang hampir mencapai US$ 140 per barel. Posisi kenaikan harga ini adalah pertama kalinya dalam 13 tahun terakhir.
Tak hanya itu, harga batu bara juga melesat jauh hingga US$ 400 per ton. Harga batu bara yang satu ini adalah rekor tertinggi sepanjang masa.
Selain batu bara, harga gas alam pun juga turut meroket mengikuti harga-harga komoditas mentah lainnya. Tentunya kenaikan harga tersebut berisiko pada akselerasi inflasi di negara Barat yang sudah kian tinggi.
Bahkan kondisi ini juga terjadi di beberapa negara lainnya. Inflasi mampu melibas harga-harga apapun menjadi semakin tinggi seiring waktu. Hal ini tentu menjadi kekhawatiran di kalangan pelaku pasar sekaligus konsumen.
Mulai Menurun, Redakan Kecemasan Pelaku Pasar
Rupanya harga minyak mentah dan gas alam tersebut sudah berangsur menurun pada Selasa (8/3/2022). Minyak jenis brent menurun 0,71 persen berada pada kisaran US$ 122 per barel.
Sementara itu, harga di West Texas Intermediate (WTI) melemah hampir 1$ ke US$ 118 per barel. Harga gas alam bahkan juga turun lebih dari 2 persen.
Penurunan harga tersebut setidaknya mampu mengurangi kecemasan bagi para pelaku pasar akan tingginya harga energi. Kekhawatiran itu didasarkan pada kenaikan harga energi sangat berisiko memicu inflasi.
Kondisi Dalam Negeri
Para pelaku pasar dalam negeri pun sedang menanti rilis data cadangan devisa. Bank Indonesia pada Selasa (8/3) melaporkan cadangan devisa per akhir Januari 2022 sebesar US$ 141,3 miliar.
Kemudian angkat tersebut turun menjadi US$ 3,6 miliar dari bulan sebelumnya. BI mencatat penurunan cadangan devisa merupakan imbas dari pembayaran utang pemerintah ke luar negeri.
Selain itu juga karena berkurangnya penempatan valas perbankan di bank sentral. Sementara itu, larangan ekspor batu bara yang diinstruksikan pemerintah berdampak pada penurunan devisa dari kegiatan ekspor.
Namun ternyata ekspor batu bara kembali dibuka pada bulan Februari kemarin dengan harga yang masih tinggi. Hal ini tentu peluang bagi Indonesia untuk menambah cadangan devisa.
Jika cadangan devisa semakin tinggi, maka hal ini menunjukkan bahwa BI mampu menstabilkan rupiah saat mengalami gejolak. Akibatnya kenaikan cadangan devisa mampu memberikan sentimen positif ke rupiah.
Potensi Harga Logam Mulia Naik Hingga Akhir Tahun
Perang Rusia-Ukraina memicu kenaikan harga komoditas logam mulia hingga mencetak rekor tertinggi. Per 8 Maret 2022, emas spot sentuh level tertinggi sejak Agustus 2020 di US$ 2.006 per troi ons.
Secara year to date (ytd) harga emas spot naik sekitar 10 persen. Harga komoditas logam mulia lainnya pun turut meroket, terutama logam mulia jenis paladium.
Harga paladium kontrak pengiriman Juni menyentuh harga tertinggi sejak lebih dari lima tahun lalu di US$ 3.015 per ons troi alias naik 58 persen ytd.
Kemudian harga platinum naik sebesar 19,3 persen ytd menjadi US$ 1.150 per troi ons untuk kontrak pengiriman April. Kenaikan harga platinum ini jadi rekor tertinggi sejak Juni 2021.
Tak ketinggalan harga perak pun turut melonjak dan mencetak rekor sejak Juli 2021 di kisaran US$ 26,45 per troi ons alias naik 13 persen ytd.
Diketahui harga jual emas keluaran PT Aneka Tambang Tbk (Antam) naik ke Rp 1.019.000 per gram. Sebenarnya secara ytd harga jual emas Antam naik 8,6 persen.
Tapi jika dihitung dari selisih harga buyback, harga emas Antam masih menurun 1,27 persen ytd. Sementara harga paladium diproyeksikan akan lanjut menguat lebih tinggi di antara logam mulai lainnya.
Pada akhir tahun ini berpotensi menyentuh US$ 3.715 per troi ons. Konflik Rusia-Ukraina yang belum terjadi win-win solution hingga kini, diproyeksikan harga emas masih dalam tren naik.
Apabila ketegangan belum mereda, emas akan diburu sebagai aset safe haven. Sementara itu perang tersebut jadi pertimbangan The Fed untuk tidak terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga.