Untuk saat ini harga minyak mengalami peningkatan hingga 4,49% pada pagi hari ini. Beruntungnya hal ini terjadi, padahal pasar masih nampak mengalami kecemasan akibat virus corona yang masih belum bisa teratasi dengan baik. Harga komoditas ini berhasil tertolong oleh dua faktor.
Faktor-faktor tersebut yaitu berupa tindakan yang diakukan oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak yang memotong produksi minyak dan stimulus dari bank sentral di beberapa negara. Berdasarkan data yang didapatkan dari Bloomberg, harga minyak Brent untuk kontrak Mei 2020 mengalami perkembangan baik dengan meningkat sebesar 4,49%.
Dengan peningkatan ini, otomatis naik ke level US$ 51,9 per barel. Sedangkan untuk harga minyak West Texas Intermediate mengalami peningkatan sebesar 2,67% menuju level US$ 48 per barel dalam kontrak April tahun 2020 ini. Menyambut tahun baru 2020 kemarin, minyak sempat mengalami penurunan lebih dari 20%.
Harga minyak West Texas Intermediate bahkan sempat menginjak harga US$ 46,59 per barel pada akhir Februari lalu dan merupakan penurunan terendah sejak 5 tahun terakhir ini. Peningkatan harga minyak yang terjadi pada hari ini merupakan sebuah hadiah yang indah setelah mengalami penurunan selama 6 sesi, ditambah lagi dengan kekhawatiran Corona.
Minyak Kembali Bangkit Setelah Terpuruk 6 Pekan
Wabah yang menewaskan kurang lebih 3000 orang dalam waktu satu bulan ini memang menggemparkan dunia dalam berbagai sektor. Bukan hanya minyak saja, beberapa saham di Asia dan Amerika Serikat pun ikut terkena dampak virus ini. Namun, kini mereka telah sama-sama berhasil bangkit pada awal perdagangan di awal minggu ini.
Presiden Ritterbusch and Associates Jim Ritterbusch dalam laporannya mengatakan bahwa mereka merasa ini sangat berkaitan dengan indikasi akomodasi bank sentral. Selain itu, Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia mengatakan akan siap untuk memberikan bantuan bagi negara-negara yang terjebak dampak Corona. Hal ini termuat dalam pernyataan resmi yang dibuat bersama.
Bantuan yang diberikan ini bisa berbentuk seperti pembiayaan darurat, saran kebijakan dan teknis. Dikutip dari IMF dan Bank Dunia, secara khusus mereka memiliki sebuah fasilitas pembiayaan dengan cepat yang secara kolektif bisa membantu negara untuk memberikan berbagai kebutuhan. Penguatan sistem negara, sangat berperan penting dalam menahan penyebaran virus.
Bukan hanya itu saja, pertimbangan akan mengurangi produksi tambahan pada kuartal kedua di tahun ini juga dilakukan oleh OPEC dan Rusia. Jika pada awalnya mereka memiliki rencana untuk memangkas harga sebesar 600 ribu, kini pengusulan diubah menjadi 1 juta barel untuk setiap harinya.
Pengajuan Pelonggaran Produksi Minyak OPEC
Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan jika pemerintah akan mengevaluasi proposal pengangguran dalam produksi minyak. Hanya saja hal ini besarannya lebih kecil jika dibandingkan dengan usulan OPEC+. Katanya, ia belum menerima proposal mengenai pengurangan produksi minyak yang lebih dari pengajuan yang diusulkan sebelumnya.
Namun, produksi minyak OPEC pada Februari selama lebih dari satu dasawarsa mengalami penurunan hingga menginjak level terendah. Salah satu penyebabnya adalah adanya pelabuhan dan ladang minyak yang diblokir atau diblokade sehingga pasokan Libya menjadi runtuh. Selain itu, Arab Saudi serta para anggota Teluk lainnya juga mengalami pengiriman yang delay.
Hal ini sesuai dengan survey Reuters. Kebijakan yang dibuat oleh bank sentral serta penurunan produksi minyak membuat harga minyak kembali melangit. Meskipun kecemasan akan adanya penurunan pesanan karena wabah Coronan ini masih belum bisa dihindarkan. Apalagi pemerintah Tiongkok juga mengatakan jika aktivitas pabrik di negaranya mengalami penurunan yang cukup drastis.
Kejadian ini cukup memberikan pukulan keras bagi negeri Panda, dan bisa memicu penurunan permintaan minyak. Sedangkan harga minyak di New York juga sempat mengalami penurunan hingga 2,2%. Namun terus mengalami pergerakan harga hingga menempati posisi terendah basis mingguan sejak November 2014.
Pada hari Kamis lalu, World Health Organization telah memberikan peringatan jika jangan sampai ada negara yang membuat kesalahan dengan berpendapat jika negaranya tidak akan terkena wabah corona. Hal ini karena pemerintah Iran dan Australia berlomba-lomba untuk menjegal diri agar tidak terkena wabah virus tersebut.