Berdasarkan koreksi terhadap pasangan mata uang GBP/USD setelah data inflasi inggris dilaporkan mengalami pelemahan di bawah target bank sentral pada bulan Januari 2019. Hal tersebut mengakibatkan poundsterling melemah tipis pada titik sekitar 0.1 persen ke level 1.2884 terhadap dolar AS ketika rilis dilakukan pada rabu, 13 Februari. Namun, hal tersebut tidak membuatnya terlepas dari bayang-bayang candle sebelumnya.
Consumer Price Index (CPI) dan Producer Price Index (PPI) Inggris Melemah
Berdasarkan laporan UK Office for National Statistics (ONS), Consumer Price Index (CPI) mengalami pelemahan ke level 1.8% year on year pada bulan Januari 2019. Angka tersebut lebih rendah dari capaian pada periode sebelumnya yang berada pada level 2.1 persen. Bank sentral sendiri, selama dua tahun terakhir telah menetapkan ekspektasi CPI inggris berada pada angka 2 persen. Karenanya, rilis tersebut sekaligus menunjukan bahwa CPI Inggris tidak sesuai dengan ekspektasi.
Tidak hanya CPI Inggris yang mengalami keloyoan. Producer Price Index (PPI) juga mengalami kelesuan. PPI input mengalami pelemahan dari angka 3.2 persen menjadi 2.9 persen (year on year), dan PPI Output juga ikut melemah dari titik 2.4 persen ke angka 2.1 persen dalam kurun waktu yang sama. Penurunan PPI Inggris ini juga menjadi faktor terjadinya pemahaman poundsterling.
Reaksi Para Investor
Setelah mengalami pelemahan berturut-turut, dimana bahkan pada senin, 4 Februari, sterling jatuh ke level terendah dalam satu minggu, mulai timbul kekhawatiran di kalangan investor. Kekhawatiran para investor juga disebabkan karena perdana menteri Inggris, Theresa May yang bertemu dengan anggota parlemen untuk membahas strategi mengatasi kebuntuan parlemen. Untuk menyikapi hal ini, para investor berusaha meningkatkan pembelian opsi dua minggu dengan melibatkan pertimbangan tanggal ketika anggota parlemen Inggris melakukan pertemuan.
Kurang dari 2 bulan lagi sampai Inggris meninggalkan Uni Eropa yang rencananya akan dilakukan pada tanggal 29 maret. Hal tersebut sekaligus bisa menjadi tolak ukur kesiapan dunia dalam menghadapi peraturan perdagangan baru setelah terjadinya Brexit. Namun, Gubernur Bank of England (boe), Mark Carney, justru memandang positif fenomena tersebut. Menurutnya Brexit dapat mempengaruhi Outlook Global baik secara jangka pendek maupun jangka panjang.
Walaupun telah menjadi pembicaraan hangat dan terjadi perdebatan dari berbagai kalangan, Carney optimis keputusan Inggris untuk keluar dari Uni Eropa bisa diterima oleh semua pihak dalam waktu dekat. Carney menganggap bahwa ketidakpastian ekonomi global, perlambatan di China, peningkatan tensi dalam kebijakan perdagangan, serta utang korporasi sangat berpotensi memberikan resiko bagi pertumbuhan ekonomi dunia, bukan hanya Inggris saja.
Meskipun begitu, Carney masih optimis bahwa ekspansi global cenderung akan terjadi, dan kemudian diikuti dengan penyesuaian diri sehingga kembali menjadi stabil di bawah tren ekonomi global yang baru pasca keluarnya Inggris dari Uni Eropa.
Reaksi Pakar Ekonomi
Faktor lain yang menyebabkan penurunan laju inflasi Inggris adalah jatuhnya harga minyak mentah dunia pada akhir tahun lalu. Penurunan harga minyak mentah tersebut berdampak pada harga BBM dalam negeri yang menjadi lebih murah. Meskipun begitu, para ekonom memprediksi jika data inflasi Inggris tidak akan mengalami kemerosotan lebih lanjut lagi. Para ekonom juga mengatakan bahwa penurunan laju inflasi tidak akan mempengaruhi arah kebijakan bank sentral Inggris.
Pimpinan ekonom Inggris di Pantheon Macro economics, Samuel Tombs mengatakan bahwa, penurunan lanjut inflasi yang untuk pertama kalinya dalam 2 tahun terahir berada dibawah 2 persen menjadi berita baik bagi rumah tangga dan menyatakan bahwa kejatuhan lebih lanjut tak mungkin terjadi. Pakar ekonomi dari Capital Economics, Andrew Wishart juga sependapat dengan Samuel Tombs. Menurutnya, adanya permintaan gaji yang lebih tinggi pada ahirnya akan muncul pada data inflasi.
Andrew juga memprediksi bank sentral Inggris akan tetap menjalankan rencana kenaikan suku bunga Inggris apabila kesepakatan Brexit tercapai. Ketidak khawatiran para pakar ekonom Inggris terbukti dengan nilai poindsterling yang masih unggul terhadap yen dan cenderung lebih stabil terhadap Euro, karena tingginya minat resiko pasar hari ini dan kecilnya proyeksi dampak.