Pandemi virus corona terbukti membuat perekonomian dunia kian terpuruk. Hal ini dikarenakan pandemi tersebut telah memberi efek yang cukup besar bagi melemahnya beberapa sektor global. Diantaranya berpengaruh terhadap menguatnya rupiah sepekan terakhir ini. Dalam sepekan, rupiah terus menguat bahkan nyaris menembus angka Rp 17.000 per dollar Amerika.
Penguatan ini sebenarnya tidak hanya dialami oleh rupiah saja, namun beberapa mata uang lain seperti dollar Singapura, peso Filipina, hingga Euro Eropa juga menguat. Selain wabah corona, penguatan ini juga sebagai bentuk akibat dari adanya risk appetite hasil stimulus dari AS yang mencapai US$ 2 triliun. Dampaknya pelaku pasar lebih tertarik ke aset dibandingkan dengan uang cash.
Bank Indonesia (BI) tak tinggal diam dengan ancaman kurs rupiah yang terus menguat ini. Menurut BI setidaknya ada beberapa faktor yang mendorong laju kurs rupiah meningkat tajam. Terlepas dari wabah corona ada faktor lain seperti premi Currency Default Swap (CDS) yang mengalami penurunan sejak 5 tahun belakangan ini. Penurunan ini disebabkan oleh hilangnya kepanikan di pasar keuangan.
Selain itu, faktor lainnya tak lepas dari nonresiden di pasar keuangan yang cenderung tidak stabil sehingga memaksa kurs rupiah terus menguat. Maka dari itu, BI sendiri terus berupaya mengambil beberapa kebijakan yang dianggap sesuai dengan jalannya mekanisme pasar dan fundamental. Perlahan tapi pasti dengan adanya kebijakan yang diambil membuat pergerakan rupiah menuju ke arah positif.
Paket Stimulus Global lanjutkan Tren Kuatnya Rupiah
Pergerakan rupiah terus mendapat tekanan yang besar dan cenderung menguat tiap harinya. Agar kondisi tidak kian buruk, BI langsung mengambil sejumlah kebijakan guna menstabilkan kurs rupiah. Menguatnya kurs rupiah ini dinilai oleh pakar ekonom dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari domestik dan global.
Sejumlah kebijakan yang diambil tersebut kemudian menjadi satu dalam paket stimulus global. Stimulus tersebut mencakup stimulus internal dan eksternal. Dengan ditopangnya oleh berbagai stimulus diharapkan kurs rupiah kembali normal seperti sebelumya. Apalagi cadangan devisa Indonesia dianggap cukup untuk membantu menstabilkan rupiah.
Diantara stimulus yang diambil oleh Bank Indonesia meningkatkan triple intervention baik di pasar DNDF (Domestic Non Deliverable Forward), pasar spot, hingga membeli sejumlah surat berharga negara dari investor asing. Selain itu, sejumlah stimulus tambahan juga kian memperbaiki posisi rupiah terhadap dollar Amerika. Dintaranya adalah berbagai kebijakan pemerintah dalam upaya menanggulangi virus corona.
Kian hari kebijakan penanggulangan ini cukup efektif apalagi di beberapa daerah juga memberlakukan sejumlah kebijakan untuk menekan bertambahnya orang terinfeksi. Sementara itu, adanya kompensasi terhadap korban PHK hingga adanya penundaan pembayaran kredit rumah atau kendaraan membuat kurs rupiah kian membaik meski masih jauh dari kata normal.
Menurut Pakar, Lockdown Adalah Solusi Terbaik
Kasus pandemi virus corona memang sudah sangat mengkhatirkan. Tak heran jika beberapa negara telah memberlakukan sejumlah kebijakan tak terkecuali lockdown guna meminimalisir bertambahnya korban. Di tengah ancaman virus ini, kurs rupiah juga kian mengkhawatirkan jika tidak segera diambil tindakan lebih lanjut pergerakan rupiah sulit untuk diprediksi.
The Fed selaku bank sentral dunia juga telah mengambil tindakan darurat guna menyelamatkan ekonomi dunia. Diantaranya adalah sikap stance dovish yang diambil The Fed nyatanya justru memicu penguatan rupiah. Bahkan sikap The Fed tersebut dianggap menjadi pemicu utama menguatnya rupiah. Melemahnya ekonomi AS menjadi sebab The Fed mengambil kebijakan tersebut.
Berbanding terbalik dengan sikap The Fed tersebut, para pakar justru menilai bahwa kurs rupiah akan terus menguat seiring dengan merebaknya virus corona sehingga lockdown menjadi solusi terbaik yang harus segera diambil pemerintah. Lockdown dinilai tidak hanya menyelamatkan negara dari ancaman bertambahnya jumlah korban namun, juga membuat kurs rupiah tidak menguat hingga Rp 17.000 per dollar Amerika.
Apabila lockdown ini tidak segera diambil kemungkinan besar korban bertambah juga besar sehingga pasarpun bisa menilai bahwa penanganan pemerintah Indonesia terhadap pandemi virus corona tidak sesuai dengan standar. Akibatnya rupiah kian lesu dan bisa jadi mencatatkan terpuruknya kurs rupiah sepanjang sejarah Indonesia.