Baru-baru ini Kementerian Informasi dan Investasi Myanmar telah mengumumkan. Bahwa akan mulai menerima mata uang Rupee, India untuk transaksi perdagangannya. Serta akan menerima mata uang Baht, Thailand.
Kementerian Informasi dan Investasi juga mengatakan. Bahwa pedagang yang terdaftar di sepanjang perbatasan Myanmar dan juga Thailand. Mulai bula Maret ini bisa melakukan perdagangan berdasar nilai tukar Kyat Baht.
Hal tersebut diumumkan setiap hari oleh Bank Central. Namun sayangnya, pihak berwenang India dan juga Thailand tidak segera memberi tanggapan terkait pernyataan tersebut. Tidak hanya itu, pemerintah bahkan mengatakan.
Akan menerima Renminbi China sebagai mata uang penyelesaian resmi. Dengan mengurangi ketergantungan pada Dollar AS. Mereka akan mengurangi terjadinya resiko perubahan nilai tukar yang mendadak.
Kementerian Myanmar
Menurut Kementerian tersebut, cara itu akan bisa membantu dalam mengurangi terjadinya inflasi yang disebabkan kenaikan Dollar AS. Cara tersebut juga akan bisa membantu mendukung pemulihan ekonomi.
Bahkan dengan kenaikan energy tersebut. Myanmar harus mencatat pertumbuhan produk domestic bruto. Pada tahun fiskal yang berakhir pada bulan Oktober 2022 nanti. Seperti diketahui, perekonomian Negara ini telah merosot.
Semenjak tahun lalu, saat tentara menggulingkan pemerintah terpilih. Dan juga saat melancarkan tindakan keras terhadap siapa saja. Yang tidak setuju dengan keputusan mereka. Selain itu Negara ini tengah dilanda perjuangan.
Untuk bisa tetap menegakkan ketertiban di tengah-tengah meluasnya kerusuhan sipil. Serta perlawanan bersenjata dari milisi pro demokrasi. Dan juga pembrontakan etnis minoritas. Bahkan pada tahun lalu.
Bank Central Myanmar mencoba menambatkan mata uang Kyat ke kurs referensi terhadap dollar AS. Sesudah terjadinya penurunan nila tukar. Pernyataan tersebut tentu saja menuduh para penentang memicu ketidakpercayaan pada perbankan.
Kementerian mengatakan, bahwa kyat menjadi semakin lemah tahun lalu dipicu oleh sabotase ekonomi. Thailand merupakan mitra dagang terbesar kedua setelah China. Pada tahun 2020-2021 perdagangan bernilai 5,3 miliar dollar AS.
Ekspor utama Myanmar, antara lain seperti kacang-kacangan, logam. Serta gas dan juga garmen. Sementara Thailand mengimpor peralatan transportasi, mesin dan juga barang-barang manufaktur yang memang berasal dari Thailand.
Menggunakan Renminbi
Tidak hanya Baht dan Rupee. Myanmar juga akan menerima mata uang Renminbi. Sebagai alat pembayaran untuk transaksi dagangnya dengan China. Kedua Negara ini juga akan memulai beberapa proyek bersama.
Serta menjalin hubungan ekonomi yang lebih erat dengan Beijing. Global Times, media pemerintahan China sebelumnya telah melaporkan rencana Myanmar untuk menggunakan Renminbi. Seraya mengatakan bahwa langkah tersebut bertujuan.
Untuk mengatasi kekurangan dollar AS dan juga mata uang asing lain selama periode gejolak ekonomi. Junta mengatakan, bahwa pihaknya memiliki relasi khusus dengan China yang memberi dukungan keuangan.
Bahkan dahulu, China sempat mentransfer lebih dari 6 juta Dollar AS kepada pemerintah Myanmar. Untuk mendanai 21 proyek pembangunan. Maka dari itu kenapa Junta menyebut memiliki relasi khusus dengan China.
Berbeda halnya dengan Negara barat yang mengecam junta. Karena mengurangi demokrasi dan membunuh lawan politiknya. China justru malah mengambil sikap yang lebih baik terhadap Junta Myanmar.
Pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian informasi dan investasi tersebut. Juga mengatakan bahwa ada proyek infrastruktur dengan China. Yang dikatakan sebagai prioritas utama untuk kebangkitan perekonomiannya. Termasuk rencana pembangunan jalur kereta api.
Kudeta militer di Myanmar yang telah menewaskan ratusan orang telah dikritik. Para analis mengatakan, bahwa isolasi internasional yang meningkat di sana. Bisa mendorong Negara tersebut lebih dekat dengan China.
Perekonomian Myanmar
China belum mengkritik kudeta namun sudah berulang kali mendesak berbagai pihak di Myanmar. Untuk menjembatani perbedaan mereka dan juga memajukan transisi demokrasi. Menurut kementerian Myanmar.
Proyek percontohan mata uang asing dirasa akan bisa meningkatkan kerja sama bilateral. Serta akan meningkatkan perdagangan perbatasan, terutama untuk produk pertanian. Tidak hanya itu saja.
Sejumlah kementerian lain juga mengatakan bahwa penurunan perekonomian di Negara ini sekarang. Jauh lebih ringan daripada perkiraan beberapa perekonomian internasional. Negara tersebut memperkirakan akan mencatat pertumbuhan moderat tahun 2021-2022.
Hampir setengah dari populasi dari Negara Myanmar. Yang sempat menjadi salah satu Negara dengan pertumbuhan perekonomian tercepat di Asia. Akan berada di bawah garis kemiskinan.
Disebabkan karena dampak ganda kudeta dan juga pandemi COVID 19. Itu menurut perkiraan PBB yang belum tentu akan terjadi. Namun, terjadi atau tidaknya, kementerian junta juga tidak bisa memastikan.