Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Virus Corona Makin Merebak, Indeks Bursa Saham di Shanghai Makin Turun

Virus Corona Makin Merebak, Indeks Bursa Saham di Shanghai Makin Turun

by Didimax Team

Merebaknya virus corona yang berada di Wuhan rupanya berakibat buruk pada keadaan ekonomi dunia. Kini dilaporkan setidaknya telah 600 korban meninggal akibat serangan virus tersebut. Ilmuwan asal Tiongkok serta London kini tengah mengembangkan vaksin yang berguna untuk menangkal serangan virus ini.

Meninggalkan isu corona, beralih menuju berita ekonomi dunia. Dimana bursa saham China serta Hongkong pada pagi ini Jumat (10/02/2020) tengah mengalami penurunan yang cukup signifikan hingga berada pada zona merah. Kondisi ini menuntut Pemerintah China dan Hongkong untuk waspada terhadap kemungkinan anjloknya bursa saham negara tersebut.

Agar tidak berpengaruh besar pada kegiatan perekonomian masyarakat dan negara. Tercatat setidaknya indeks Shanghai mengalami penurunan sebesar 0,26% menuju level 2.858,93. Sedangkan pada Hang Seng mulai menurun ke angka 0,5% pada level 27. 356, 28.

 

Dampak Meluasnya Infeksi Corona

Faktor penyebab melemahnya indeks bursa saham di China dan Hongkong merupakan salah satu akibat dari adanya infeksi virus corona. Seperti yang diketahui bahwa virus corona merupakan virus yang menyerang pada sistem pernafasan dengan diikuti gejala batuk, pilek, sakit tenggorokan, sakit kepala hingga demam.

Kasus virus corona sendiri berpusat di China dan kini juga dilaporkan telah menyebar ke beberapa negara lain. Berdasarkan informasi dari Center for Disease Control and Prevention (CDC), saat ini total negara yang terinfeksi virus corona sebanyak 28 negara yang telah berhasil dikonfirmasi.

Negara tersebut adalah Korea Selatan, Amerika Serikat, Kanada, Nepal, Vietnam, China, Inggris, Hongkong, dan Jerman termasuk pada negara dengan korban meninggal akibat virus corona. Setidaknya sudah 636 orang meninggal di Negara China serta 31.000 orang korban terjangkit virus corona.

Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Riset dari Standard & Poor's (S&P), bahwa infeksi virus corona ini akan mempengaruhi perekonomian China hingga 1,2 persen. Sehingga diprediksikan pertumbuhan ekonomi China pada tahun ini hanya berada pada kisaran 4,8% dari sebelumnya 6%.

Seperti yang diketahui sebelumnya, bahwa negara China mencapai pertumbuhan ekonomi dengan nilai indeks 6,1%. Pencapaian tersebut juga lebih rendah jika dibanding pada tahun 2018 dengan perolehan 6,8%. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2019 diklaim sebagai perolehan terendah sejak tahun 1990.

Bursa Saham Asia Serta Kondisi China Terkini

Banyak bursa saham Asia yang dimulai pada pekan ini. Dari pembukaan perdagangan bisa diketahui bahwa indeks Shanghai mengalami penurunan di angka 0,26% sedangkan indeks Hang Seng melemah di angka 0,5%. Hal serupa juga terjadi pada indeks Straits Times yang melemah 0,54%. Sedangkan pada indeks Kospi tercatat sebesar 0,29%.

Merebaknya virus corona yang terjadi pada tahun baru China tersebut mempengaruhi perjalanan yang dilakukan oleh warga China. Jika di Indonesia terdapat budaya pulang kampung pada saat lebaran, maka di China budaya pulang kampung dilakukan pada saat tahun baru.

Peringatan ini meningkatkan jumlah pemudik yang menggunakan transportasi di China untuk menuju kampung halaman. Pemerintah China memprediksikan bahwa setidaknya terdapat tiga miliar perjalanan di tahun baru China. Jika jumlah tersebut dibandingkan dengan nilai tahun lalu yang hanya mencapai 2,99 miliar. 

Dari jumlah keseluruhan 3 miliar tersebut tercatat 2,43 miliar perjalanan ditempuh menggunakan mobil. Dan menggunakan kereta api 440 juta, menggunakan pesawat sebanyak 79 juta dan sisanya 45 juta menggunakan kapal. Akan tetapi pada kenyataannya prediksi tersebut tidak tepat dan meleset jauh dari perkiraan.

Pasalnya banyak wilayah di Negara China yang saat ini di karantina dan tidak diizinkan untuk dikunjungi mengingat terinfeksi virus corona. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah jatuhnya korban yang terserang virus tersebut. Bahkan pemerintah China juga membuat kebijakan baru, yaitu dengan menambah jumlah hari libur pada saat perayaan tahun baru kemarin.

Tanggal liburan tersebut baru berakhir pada pekan kemarin. Kegiatan perekonomian China berjalan tidak seperti yang kemarin sebelum adanya serangan virus. Kondisi ini merupakan keadaan darurat dimana harus secepatnya ditangani. Oleh sebab itu, pemerintah kini menggalakan para tim medis dan ilmuwan guna segera menemukan pengobatan ataupun vaksin untuk membunuh virus corona.