Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Wabah Corona Belum Padam, Membuat Rupiah Sulit Berkembang

Wabah Corona Belum Padam, Membuat Rupiah Sulit Berkembang

by Didimax Team

Untuk saat ini, dunia memang tengah gempar dengan virus corona yang membuat banyak sekali korban. Penyebarannya yang sangat mudah, membuat vaksin ini sulit untuk dihentikan dan berakibat pada meningkatnya angka kematian. Tidak disangka, ternyata munculnya wabah ini berakibat fatal pada kurs Rupiah.

Rupiah dikabarkan akan melemah pada minggu ini. Hal ini berarti rupiah memiliki kemungkinan akan melanjutkan tren negatifnya. Padahal tren ini telah berlangsung selama 10 hari berturut-turut. Pada penutupan perdagangan yang kemarin pun rupiah kembali mengalami penurunan hingga 2,09% terhadap USD.

Hanya dalam waktu satu pekan terakhir saja, Rupiah telah mengalami pelemahan sebesar 4,06% di pasar hingga sebesar Rp 14.318 untuk setiap USD. Selain itu, dalam kurs Bank Indonesia Indonesia juga terhitung mengalami pelemahan sebesar 3,32% sepanjang pekan ini. Besarannya yaitu Rp 14.234 untuk setiap Dolar Amerika.

 

Terbenamnya Rupiah Pada Titik Negatif

Waktu 10 hari itu bukan merupakan waktu yang sebentar, apalagi untuk terbenam dalam titik negatif. Pasti akan menimbulkan efek yang besar. Jika diperhitungkan, dalam waktu 10 hari tersebut Rupiah telah mengalami penurunan hampir 5%, tepatnya 4,81%. Jumlah ini dihitung dari perhitungan terakhir yaitu 17 Februari.

Pada saat itu Rupiah sempat menguat di Rp 13.660 sebelum akhirnya ia mengalami penurunan selama 10 hari berturu-turut. Seorang Ekonom Bank Mandiri, yaitu Reny membuat proyeksi jika rupiah memiliki kemungkinan untuk mengalami koreksi pada perdagangan dihari berikutnya. Yaitu pada hari senin tanggal 2 Maret.

Namun, sentimen eksternal masih menjadi jangkar yang memberatkan rupiah bertahan dalam titik tersebut. Apalagi saat ini virus corona masih terus menyebar dan sulit diatasi. Hal ini akan terus menekan nilai rupah. Di sisi lain capital outflow pada beberapa hari yang lalu bisa membuat rupiah semakin kehilangan tenaga jika terus berlanjut.

Bukan hanya Reny, seorang analis Kapital Global Investama Alwi Assegaf juga memprediksi jika Rupiah masih sulit bergerak hingga besok akibat virus corona asal wuhan ini. Bahkan kabarnya, kecemasan ini bisa berakhir dengan terjadinya outflow. Gubernur BI pun mengatakan jika pada 27 Februari total net outflow dana asing Rp 30,8 triliun.

Outflow yang terjadi ini membuat rupiah tertekan dan investor sepertinya lebih nyaman untuk menimbun dananya pada safe haven yen. Alwi mengatakan jika sentimen yang lain masih bisa mempengaruhi rupiah merupakan data yang berada di dalam negeri. Data-data tersebut seperti PMI manufacturing 49,3 pada bulan Januari. 

Prediksi Kurs Rupiah Akibat Corona

Dari keterangan tersebut, bisa disimpulkan jika Alwi dan Reny sama-sama memiliki proyeksi jika rupiah memang akan mengalami pelemahan. Menurut Alwi, rupiah akan berada pada nilai Rp 14.140 per USD sampai Rp 14.350 per USD. Sedangkan menurut Reny, rupiah akan bergerak pada Rp 14.250 per USD sampai Rp 14.400 perdolar USD.

Untuk saat ini rupiah memang masih belum bisa bangkit dalam satu pekan terakhir ini hingga akhirnya ia berhasil melangkah ke angka yang lebih masuk akal, yaitu Rp 14,000. Berdasarkan sebuah catatan dari seorang Gubernur BI, Perry Warijoyo, pasar keuangan Indonesia telah terkena dampak dari virus corona.

Wabah ini secara tidak langsung membuat kurs rupiah terjerat dalam titik negatifnya. Situasi perekonomian yang kurang baik ini ternyata membuat para investor terdorong untuk melepskan portofolionya pada berbagai negara yang terkena efek buruk wabah ini, terutama China, Korea Selatanm dan juga Jepang.

Pengaruh para investor ini juga memberikan dampak pada negara-negara yang ada di Asia Tenggara seperti Indonesia. Perry Waridjoyo mengatakan jika pasar keuangan dunia memang bisa dikatakan tengah mengalami inflamasi karena investor dari seluruh pelosok dunia ikut terkena dampak virus corona. Bukan hanya di Asia, namun juga termasuk AS, dan Eropa.

Sementara itu berdasarkan sebuah hasil riset yang diberikan oleh PT Valbury Ekruritas yang mencermati dampak dari wabah virus ini pada perekonomian China ialah memang sebab utama yang membuat kurs rupiah melemah dengan tajam. Memang cukup masuk akal, karena hal ini disebabkan oleh perlambatan China bisa mempengaruhi outlook ekonomi Indonesia.