Walaupun saat ini Singapura mengalami resesi. Namun, masalah mata uang negara ini selalu mampu diatas rupiah. Bahkan, posisinya tidak jauh berbeda dengan Dollar AS. Dilihat dari data dan fakta yang ada. Kondisi seperti ini sebenarnya, merugikan Indonesia dari segi perdagangan non migas yang selalu defisit.
Pada kuartal II, pendapatan domestik bruto mereka tercatat mencapai minus 42%. Jauh lebih parah dibandingkan dengan kuartal I hanya minus 3% saja. Hal ini juga diperparah dengan PDB tahunan, mencetak sejarah terpuruk paling dalam sebesar minus 13%. Dengan penurunan ini membuat kondisi Rupiah tidak menguntungkan.
Alasannya, Rupiah adalah emerging market yang merupakan aset negara. Kondisinya lebih mudah mengalami depresiasi bila resesi. Selain itu, Singapura mendapat status safe place, membuat investor merasa aman dan nyaman menanamkan modal di sana. Hal ini terbukti dengan strait times menguat 5% dan Dollar AS 2%.
Data dan Fakta Nilai Investasi Indonesia
Dari data dan fakta di lapangan tercatat bahwa Singapura masih menjadi negara dengan nilai investasi yang tinggi. Apalagi, negeri singa ini menjadi mitra dagang Indonesia yang memberikan pemasukan senilai 2 miliar Dollar AS. Setidaknya ada 3 ribu lebih proyek yang dikerjakan negara ini.
Sementara selama semester tahun 2020 ini, proyek yang dikerjakan ada lebih 6 ribu proyek. Total investasi yang dihasilkan bisa mencapai 4,7 miliar Dollar AS. Dari segi kerja ekspor dan impor kedua negara menunjukkan hal yang positif.
Data sampai bulan juni, tercatat ada 137,3 juta Dollar AS ekspor ke Singapura. Barang komoditi yang di ekspor adalah logam mulia seperti emas dan permata, mesin serta beberapa peralatan mekanik. Untuk nilai impornya sendiri mencapai 129,2 juta Dollar AS, angka yang cukup tinggi.
Dari kedua data tersebut mendapati sebuah analisa, bahwa ekspor dan impor sebenarnya tidak berbeda jauh. Ekspor Indonesia bisa menjadi meningkat lantaran, kebutuhan logam mulia terutama emas cukup banyak. Apalagi, dengan harganya yang terus meroket. Pasti jadi laba yang sangat menguntungkan.
Sementara, untuk negara lain ada Hongkong yang memegang 725 proyek dengan nilai investasi hampir 1,2 miliar. Ada juga China dengan 711 proyek nilainya 1,1 miliar. Masih ada beberapa negara seperti jepang, Korea Selatan dan juga Malaysia.
Dari catatan ini sudah bisa dilihat bahwa Singapura tidak akan bergeming walau resesi. Tetapi. sebaliknya terjadi pada Indonesia bisa terseret arus resesi bila hal ini tidak ditangani secara serius. Walau, beberapa ekonom Indonesia resesi yang terjadi tidak akan seperti krismon 1998.
Manufaktur Menguat Dengan Iklim Investasi yang Sehat
Faktor utama yang membuat sebuah mata uang menjadi meningkat dalam perdagangan dunia adalah iklim investasi dalam negeri. Iklim ini sendiri dipengaruhi oleh manufaktur. Dalam hal ini, Singapura mempunyai kinerja yang lebih baik. Banyak investor merasa aman untuk membeli Dollar Singapura daripada Rupiah.
Dengan manufaktur yang baik dan kepercayaan ini. Singapura menjelma menjadi negara dengan perdagangan paling baik di dunia. Produk-produk yang dihasilkan bisa mengungguli eropa atau negara Asia lainnya. Negeri ini juga lebih inovatif dalam melakukan ekspor serta seminimal mungkin dalam mengatur kebijakan impor.
Produk yang sangat terasa adalah minyak bumi. Dimana, Indonesia masih harus impor bahan mentah yang menggerus rupiah. Di antara manufaktur, investor, produk ekspor dan impor ini saling berkaitan dengan PDB. Bila dilihat, Negeri singa ini memiliki level yang jauh lebih baik dan cenderung meningkat.
Selain itu, Singapura adalah satu-satunya negara yang bisa mencetak surplus perdagangan terbesar di Asia Tenggara. Tidak heran bila cadangan devisa negeri ini banyak. Dengan begini Dollar Singapura mampu menahan gejolak yang terjadi akibat anjloknya mata uang lainnya dari risiko eksternal.
Faktor-faktor inilah yang membuat Dollar Amerika betah diangka Rp10.200. Cukup tinggi untuk mata uang di Asian tenggara. Sehingga, terjadinya resesi bukanlah sesuatu hal yang cukup dikhawatirkan. Apalagi dengan Indonesia yang investasinya paling banyak dari negeri Singapura.
Walau selalu kalah di akhir penutupan perdagangan. Rupiah juga sempat menekan Dollar Amerika ke level yang paling rendah. Hal itu, bergantung dengan kondisi sebuah negara itu sendiri. Mampu atau tidak mereka menangani suasana investasi di negara sendiri dan atau tidak.