Seperti sudah Anda ketahui bahwa Yen Jepang menjadi salah satu mata uang Asia dengan kinerja cukup buruk pada hari Selasa. Hal tersebut ternyata disebabkan karena ekonomi dari Jepang tanpa terduga mengalami kontraksi di dalam kuartal III.
Sedangkan sebagian besar mata uang mempunyai kecenderungan bergerak lebih rendah sesudah adanya komentar dari Hawkish dari pihak Federal Reserve di mana memberikan dukungan terhadap dollar.
Jika Anda lihat, Yen sendiri mengalami penurunan pada 0,4% di angka 140,48 terhadap dollar sesudah data menunjukkan ekonomi terbesar ketiga di dunia tersebut mengalami penyusutan. Adapun penyusutan tingkat tahunannya sendiri mencapai 1,2% di kuartal III.
Itu ternyata disebabkan karena adanya inflasi cukup tinggi di mana membebani pengeluaran bisnis ataupun konsumen.
Adanya Kelemahan Lebih Banyak di dalam Ekonomi Jepang
Dari rilis di atas ternyata juga menunjukkan bahwa kelemahan dari ekonomi Jepang ternyata jauh lebih besar dan juga sebagian diakibatkan karena adanya depresiasi Yen yang mulai terlihat pada tahun ini.
Adapun kelemahan di dalam ekonomi Jepang yang membatasi ruang di mana Bank of Japan mampu bertindak memberikan dukungan pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut mengingat bahwa bank tersebut sudah mempunyai komitmen buat mempertahankan kebijakan ultra-dovish selama kurang lebih satu decade.
Sementara dollar AS menguat di hari Selasa dimana indeks dollar sekaligus indeks dollar berjangka mengalami kenaikan sebesar 0,3%. Wakil ketua Federal Resever Lael Brainard sendiri mengatakan di dalam sebuah wawancara.
Bahwa walaupun The FED telah mempertimbangkan buat beralih pada kenaikan suku bunga lebih kecil dalam kurun waktu dekat, tetapi bank sentral tetap tidak mempunyai niat untuk menghentikan siklus kenaikan suku bunga.
Walaupun dari data inflasi menunjukkan bahwa bulan Oktober tekanan harga turun lebih dari ekspektasi tetapi tingkat inflasi ternyata masih tetap jauh di atas target tahunan 2% dari pihak the FED sendiri.
Sementara pasar sedang memperkirakan peluang lebih dari 80% pihak bank central agar mau menaikkan suku bunga lebih kecil yakni 50 basis poin untuk bulan Desember tahun ini. Langkah tersebut diambil dengan tujuan bisa meredakan beberapa tekanan jangka pendek pada mata uang Asia.
Tetapi kenaikan suku bunga AS ternyata masih diperkirakan akan mengurangi minat dari investor untuk pasar regional. Bahkan sebagian besar dari mata uang di Asia juga mencatat kerugian besar tahun ini. Penyebabnya tidak lain karena pihak The FED menaikkan suku bunga besar.
Bukan hanya itu saja, mata uang regional juga mundur di hari Selasa akibat dari komentar yang diajukan oleh Brainard.
Kondisi ini juga menunjukkan bahwa Rupiah turun sebesar 0,4% di mana terbesar di Asia Tenggara. Sedangkan untuk Rupee mengalami penurunan sebesar 0,6%. Inflasi India sendiri ternyata mengalami penurunan cukup signifikan pada minggu ini.
USD JPY Menguat dari 140,00 karena PDB Jepang Menunjukkan Negatif
Sementara pasangan dari USD-JPY justru memberikan kabar menarik untuk Anda yakni mengalami kenaikan dari konsolidasi yang terbentuk dalam kisaran 140,00-140,20 sesudah kantor cabinet Jepang memberikan laporan mengenai tingkat pertumbuhan negative di dalam kegiatan ekonomi mereka.
Sebelumnya, asset tersebut memang menunjukkan sideways di atas level dari resistance psikologis 140,00 dalam sesi Asia sesudah pulih dari angka 139,65. Perekonomian dari Jepang juga menunjukkan pengurangan pertumbuhan sebesar 0,3% dalam kuartal ketiga.
Di dalam basis tahunannya, katalis ekonomi sudah menunjukkan tingkat pertumbuhan negative pada 1,2% terhadap ekspansi 1,1% seperti yang telah diharapkan dan rilis sebelumnya yakni sebesar 3,5%.
Jika Anda lihat sebelumnya, para analisis dari ING memperkirakan bahwa PDB kuartal ketiga diperkirakan tumbuh mencapai 0,5% QoQ. Disesuaikan secara musiman di mana laju tersebut lebih lambat dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Efek pembukaan kembali juga masih memimpin pertumbuhan menyeluruh.
Tetapi lagi-lagi inflasi yang lebih tinggi sekaligus Yen lemah sebagian mengimbangi proses pemulihan tersebut. Rilis tingkat pertumbuhan negative tersebut ternyata sudah membawa volatilitas pada Yen Jepang.
Bahkan pada hari Senin, Gubernur dari Bank of Japan yakni Haruhiko Kuroda mengatakan bahwa ekonomi mereka sedang berada pada jalur pemulihan. Ia menambahkan bahwa ekonomi mungkin akan kembali baik akibat dampak dari kendala pasokan sekaligus pandemi mulai mereda.
Sementara itu, indeks dari dolar AS cenderung mendekati level resisten pada angka 107,00. Sentimen pasar juga menunjukkan tanggapan beragam karena adanya kontrak berjangka.