Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Yen Makin Kokoh Karena Produksi Industri Jepang Melebihi Ekspetasi

Yen Makin Kokoh Karena Produksi Industri Jepang Melebihi Ekspetasi

by Didimax Team

Pada tanggal 28 Februari, tepatya hari Jum’at, Departemen Statistik Jepang meluncurkan data industri pada bulan Januari tahun ini. Setelah dirilis, tidak terduga ternyata data ini mengalami kenaikan yang cukup besar, yaitu sebanyak 0,8% dalam bulan tersebut. Kenaikan ini jelas lebih baik dibandingkan dengan forecast ekonom pada sebelumnya.

Pada bulan sebelumnya, produksi industri Jepang ini hanya mengalami kenaikan sebesar 0,2% saja dalam basis month over month. Walau demikian, Jepang tetap terhitung mengalami penurunan jika dibandingkan dengan periode sebelumnya, yang mana kenaikan mencapai 1,2% basis bulanan. Tentu saja ini merupakan angka yang fantastis.

Sementara itu, jika dilihat dalam basis tahunan, atau biasa disebut dengan year over year, Jepang mengalami penurunan sebesar 2,5%. Untungnya, penurunan ini lebih baik dari ekspetasi. Karena sebelumnya diperkirakan Jepang akan mengalami penurunan basis tahunan sebesar 3.1% yang mana jumlahnya sama dengan penurunan tahun lalu.

Jika dilihat dari data sebelumnya, yang mana di sana tercatat Jepang mengalami 3.1%, penurunan yang terjadi pada tahun ini juga terhitung tidak mengalami perbaikan yang significant. Produksi Jepang pada tahun ini terselamatkan oleh output mobil yang meningkat dengan drastis dan produksi output transportasi yang lainnya.

Di sisi lain, sebuah hasil survey menunjukan bahwa Kementrian Keuangan Jepang melakukan sebuah tindakan yang membuat pabrik-pabrik baru menaikan output industrinya, hal ini berakibat kenaikan pada bulan Februari. Meskipun begitu, kemungkinan untuk tergelincir pada bulan berikutnya masih tetap ada. Untuk itu, harus tetap berhati-hati.

Dengan adanya kenaikan produksi output ini diharapkan bisa membantu perekonomian Jepang yang saat ini tengah berada di ujung tanduk dan berjuang menghadapi resesi. Masalahnya, perilisan GDP Jepang sedang berada di zona negatif pada kuartal IV/2019. Hal ini karena terpukul oleh pembelian konsumen yang menurun.

 

Lemahnya Data Fundamental, Resesi Semakin Nyata

Beberapa data ekonomi Jepang yang lainnya, pada pagi ini di rilis oleh Departemen Statistik Jepang. Beberapa data tersebut seperti penjualan ritel tingkat pengangguran, dan CPI Tokyo. Penjualan ritel ini mengalami penurunan 0.4% dalam basis year over year. Di sisi lain, pada tingkat pengangguran, justru mengalami kenaikan sebesar 2,2%. 

Kenaikan ini tentu saja terhitung sangat besar karena sebelumnya tingkat pengangguran hanyala sebesar 0,2%. Sedangkan untuk tahun ini menjadi 2,4%. Hal ini membuat kemungkinan akan timbulnya dampak lain akibat naiknya pajak yaitu banyaknya perusahaan yang mengalami kerugian akibat turunnya tingkat penjualan.

Seorang ekonom asal Jepang mengatakan jika tingkat pengangguran yang mengalami kenaikan dengan turunnya rasio pekerjaan dibanding pelamar pada bulan sebelumnya cukup menunjukkan jika ekonom mengalami penurunan. Hal ini bisa dilihat mulai dari kenaikan pajak penjualan yang telah membatasi pelamar pada banyak perusahaan.

Inflasi yang digembor-gemborkan akan mengalami perkembangan yang pesar setelah dinaikannya pajak, justru seperti senjata makan tuan. Yang mana ekonomi masih terjebak dalam lubang trend yang lemah. Setelah dirilis, ternyata data CPI Tokyo pada saat ini masih berada di bawah ekspetasi, hal ini termasuk dengan inflasi inti.

Virus Corona Membawa Keuntungan

Meskipun pada pagi ini data fundamental yang muncul ini tergolong mengecewakan, namun bukan berarti pergerakan Yen terhadap Dolar AS mengalami penekanan. Yen yang kini tengah menyandang status safe haven di saat wabah virus corona menggemparkan dunia, justru ternyata membuat Yen lebih kuat.

Selain itu, Dolar AS justru tengah kelabakan akibat harus menanggung ekspetasi pemangkasan suku bunga The Fed. Untuk saat ini, pada saat berita di tulis, USD/JPY tengah berada pada kisaran 109.384, dibanding dengan harga open harian yang tengah mengalami penurunan sebesar 0.2%.

Bahkan, pada Januari lalu Yen sempat dijadikan sebagai tempat yang aman untuk berlindung karena bergerak menuju level tertinggi dalam tiga minggu melawan dolar. Para investor pun merasa gugup ketika menyaksikan angka jumlah kematian akibat virus corona tersebut terus mengalami peningkatan.

Meskipun pada awalnya virus corona ini memang sempat membui Yen dengan angka yang kurang baik, namun masih lebih baik jika dibandingkan USD. Penurunan perekonomian China, pada awalnya diprediksi akan menurun sebesar 1,2%. Penurunan ini bisa membuat kondisi China buruk di saat dirinya tengah menyandang status perekonomian terbesar kedua.