Dampak Kebijakan Dovish dan Hawkish The Fed bagi Pasangan Mata Uang Utama

Kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed) merupakan salah satu faktor paling berpengaruh dalam pergerakan pasar keuangan global, khususnya pasar valuta asing (forex). Ketika The Fed menerapkan pendekatan dovish atau hawkish, dampaknya langsung terasa terhadap nilai tukar dolar AS dan pasangan mata uang utama seperti EUR/USD, GBP/USD, USD/JPY, dan lainnya. Pemahaman yang mendalam terhadap arah kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat ini menjadi kunci sukses bagi para trader forex dalam mengambil keputusan yang tepat di tengah volatilitas pasar.
Memahami Istilah Dovish dan Hawkish
Dalam terminologi kebijakan moneter, istilah dovish merujuk pada pendekatan yang lebih longgar atau akomodatif. Kebijakan dovish umumnya ditandai dengan penurunan suku bunga, pelonggaran kuantitatif, atau pernyataan yang menunjukkan kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi daripada inflasi. Sebaliknya, kebijakan hawkish mengacu pada pendekatan yang lebih ketat, sering kali terkait dengan kenaikan suku bunga atau sinyal untuk mengetatkan likuiditas demi menahan laju inflasi.
Kebijakan dovish bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan membuat kredit lebih murah, sedangkan kebijakan hawkish bertujuan untuk menjaga stabilitas harga dan mengendalikan inflasi, meskipun dapat memperlambat pertumbuhan.
Dampak Langsung pada Dolar AS
Dolar AS (USD) merupakan mata uang cadangan global yang memiliki pengaruh besar di pasar forex. Ketika The Fed mengadopsi kebijakan hawkish, biasanya investor mengantisipasi kenaikan suku bunga, yang membuat imbal hasil aset berbasis dolar meningkat. Hal ini mendorong permintaan terhadap USD, menyebabkan nilai tukarnya menguat terhadap mata uang lain.
Sebaliknya, kebijakan dovish yang menurunkan suku bunga atau memberikan sinyal pelonggaran moneter akan menurunkan daya tarik USD, karena imbal hasil yang ditawarkan menjadi kurang menarik bagi investor global. Akibatnya, dolar cenderung melemah terhadap mata uang utama lainnya.
EUR/USD: Sensitif terhadap Arah Kebijakan
Pasangan mata uang EUR/USD adalah yang paling likuid dan paling banyak diperdagangkan di pasar forex. Pergerakannya sangat dipengaruhi oleh perbedaan kebijakan moneter antara The Fed dan European Central Bank (ECB). Ketika The Fed bersikap hawkish sementara ECB tetap dovish, USD biasanya menguat terhadap euro, sehingga pasangan EUR/USD akan turun. Sebaliknya, jika The Fed mengadopsi sikap dovish sementara ECB mulai mengetatkan kebijakannya, EUR/USD cenderung naik.
Sikap dovish The Fed pada masa pandemi COVID-19, dengan suku bunga mendekati nol dan pelonggaran kuantitatif besar-besaran, mendorong penguatan euro hingga mencapai level tertinggi dalam beberapa tahun. Namun, ketika inflasi AS mulai meningkat dan The Fed memberikan sinyal untuk menaikkan suku bunga, dolar pun kembali menguat dan menekan nilai euro.
GBP/USD: Terpengaruh Oleh The Fed dan Bank of England
Pasangan GBP/USD juga sangat peka terhadap perubahan kebijakan The Fed. Namun, pengaruhnya juga dipengaruhi oleh kebijakan Bank of England (BoE). Ketika The Fed mengambil sikap hawkish dan BoE tetap dovish, maka USD akan menguat terhadap poundsterling. Sebaliknya, jika BoE lebih agresif dalam menaikkan suku bunga dibandingkan The Fed, pound bisa menguat terhadap dolar.
Contohnya, ketika The Fed menaikkan suku bunga beberapa kali dalam setahun sementara BoE masih menahan suku bunganya, GBP/USD akan cenderung menurun. Namun jika pasar memperkirakan bahwa BoE akan segera menyusul, maka penurunan itu bisa tertahan atau bahkan berbalik arah.
USD/JPY: Korelasi Erat dengan Imbal Hasil Obligasi
Pasangan USD/JPY sangat dipengaruhi oleh perbedaan imbal hasil obligasi antara AS dan Jepang. The Fed yang bersikap hawkish biasanya mendorong imbal hasil obligasi AS naik, sehingga investor cenderung menjual yen yang memiliki imbal hasil sangat rendah untuk membeli dolar. Hal ini menyebabkan USD/JPY naik.
Sebaliknya, sikap dovish dari The Fed bisa menyebabkan penurunan imbal hasil, mengurangi daya tarik dolar, dan menyebabkan USD/JPY turun. Namun perlu dicatat bahwa Bank of Japan (BoJ) selama bertahun-tahun tetap mempertahankan kebijakan ultra-dovish, sehingga dolar relatif lebih kuat terhadap yen dalam jangka panjang kecuali ada perubahan signifikan dari BoJ.
Dampak pada Pasangan Komoditas: AUD/USD dan NZD/USD
Dolar Australia (AUD) dan dolar Selandia Baru (NZD) adalah mata uang yang sangat sensitif terhadap sentimen risiko global dan harga komoditas. Ketika The Fed bersikap dovish, hal ini mendorong pasar global mengambil lebih banyak risiko, yang berdampak positif pada mata uang komoditas seperti AUD dan NZD. Akibatnya, pasangan AUD/USD dan NZD/USD cenderung naik.
Namun ketika The Fed mengambil sikap hawkish, pasar cenderung menghindari aset berisiko dan beralih ke dolar AS sebagai aset safe haven. Hal ini menyebabkan pelemahan pada AUD dan NZD, sehingga pasangan mata uang tersebut cenderung turun.
Respons Pasar Terhadap Retorika The Fed
Tidak hanya keputusan suku bunga yang memengaruhi pasar, tetapi juga retorika dari para pejabat The Fed. Pernyataan yang bernada hawkish dari Ketua The Fed, misalnya Jerome Powell, seringkali cukup untuk mendorong penguatan dolar bahkan tanpa perubahan kebijakan formal.
Sebagai contoh, ketika Jerome Powell menyatakan bahwa inflasi masih tinggi dan The Fed akan terus menaikkan suku bunga jika diperlukan, pasar bisa bereaksi dengan penguatan dolar. Sebaliknya, jika Powell menyatakan bahwa inflasi telah terkendali dan pengetatan bisa dihentikan, pasar bisa menafsirkan ini sebagai sinyal dovish dan menyebabkan pelemahan dolar.
Strategi Trading yang Dapat Diterapkan
Bagi trader forex, pemahaman terhadap sikap The Fed sangat penting untuk menentukan strategi trading. Beberapa pendekatan yang bisa digunakan antara lain:
-
Carry Trade – Ketika The Fed bersikap hawkish, trader bisa memanfaatkan perbedaan suku bunga untuk menjalankan strategi carry trade dengan membeli USD dan menjual mata uang dengan suku bunga lebih rendah.
-
News Trading – Mengantisipasi dan bereaksi terhadap rilis berita penting seperti FOMC Statement, testimoni Powell, atau data inflasi AS yang dapat mengubah ekspektasi pasar terhadap kebijakan The Fed.
-
Technical and Fundamental Analysis Combination – Menggabungkan analisis teknikal dengan pemahaman fundamental makroekonomi, termasuk arah kebijakan moneter The Fed, akan memberikan sinyal trading yang lebih kuat.
-
Hedging – Trader yang memiliki eksposur pada mata uang tertentu bisa menggunakan strategi hedging untuk melindungi diri dari volatilitas yang dipicu oleh perubahan kebijakan moneter.
Kesimpulan

Kebijakan dovish dan hawkish The Fed memiliki pengaruh besar terhadap nilai tukar dolar AS dan pasangan mata uang utama lainnya. Perbedaan arah kebijakan antara The Fed dan bank sentral lainnya menjadi salah satu pendorong utama fluktuasi harga di pasar forex. Oleh karena itu, pemahaman mendalam mengenai siklus moneter, pernyataan para pejabat The Fed, dan data ekonomi utama AS menjadi hal yang wajib dikuasai oleh para pelaku pasar, terutama trader forex.
Menjadi seorang trader yang sukses tidak hanya cukup dengan mengandalkan analisa teknikal atau keberuntungan semata. Diperlukan pemahaman fundamental yang kuat, khususnya tentang bagaimana kebijakan Federal Reserve memengaruhi pasar keuangan global. Jika Anda ingin mendalami hal ini lebih lanjut dan meningkatkan kemampuan trading Anda, kini saatnya Anda mengambil langkah konkret.
Bergabunglah dalam program edukasi trading yang disediakan oleh Didimax, broker lokal terpercaya yang telah berpengalaman lebih dari satu dekade dalam memberikan pelatihan dan pembinaan kepada trader di seluruh Indonesia. Dapatkan akses ke materi premium, bimbingan dari mentor profesional, serta komunitas trader aktif yang siap mendukung perjalanan trading Anda ke level selanjutnya. Kunjungi www.didimax.co.id dan mulailah langkah Anda menuju kesuksesan di dunia forex sekarang juga!