Rasa khawatir para pelaku pasar sampai pemerintah pada setiap negara memang cukup besar menanggapi adanya kasus penyebaran covid varian terbaru di beberapa negara. Hal ini membuat keadaan ekonomi diombang-ambingkan kembali setelah beberapa waktu sempat berhenti panik.
Dari berbagai perdagangan pasangan mata uang yang terus turun akibat respon tersebut dan bahkan memberikan banyak sekali dampaknya pada negara tersebut. Namun, ada salah satu pasangan mata uang yang tampak sedang berupaya untuk menguat dan pulih.
Tapi, dibalik itu perekonomian Australia sedang mengalami kontraksi di kuartal ketiga tahun 2021 ini. Penyebabnya yaitu adanya penurunan pengeluaran rumah tangga yang disebabkan oleh pembatasan Covid-19 pada daerah Kawasan New South Wales dan Victoria.
Kasus covid-19 lagi-lagi melumpuhkan ekonomi suatu negara dan hal ini cukup berarti. Sejak kehadirannya di tahun 2019 sampai saat ini, kemunculan varian baru yang kemudian membuat diadakannya pembatasan-pembatasan bagi beberapa negara sebagai kebijakan baru dalam mengurangi kasus penyebarannya.
Data GDP Australia Menurun
Data GDP Australia tampak alami penurunan yang cukup besar yaitu sekitar 1.9 persen dalam basis kuartalan alias Quarter-over-Quarter di kuartal ketiga tahun ini. Data ini dirilis oleh Australian Bureau of Statistic pada hari Rabu, 01 Desember 2021.
Meski dilihat dari data penurunan ini terhitung lebih baik dibandingkan ekspektasi para ekonom yang menyebutkan adanya perkiraan penurunan terjadi sebesar 2.7 persen, akan tetapi data angka GDP kali ini menandakan terjadinya kontraksi pertama sejak kuartal kedua di tahun 2019 lalu.
GDP negara Australia yang masih tumbuh secara tahunan alias Year-over-Year, namun dari segi persentase hanya sebesar 3.9 persen. Angka ini dianggap merosot tajam jika dibandingkan dengan pertumbuhan yang mencapai angka 9.6 persen pada periode sebelumnya.
Adanya kebijakan dari langkah pembatasan yang sudah diterapkan di Kawasan Victoria dan juga New South Wales menjadi faktor dan alasan utama terjadinya penurunan data GDP negara Australia pada kuartal ketiga.
Pengeluaran rumah tangga alami kemerosotan sebesar 4.8 persen dan dianggap menjadi akibat terburuk sejak penurunan yang terjadi pada kuartal kedua di tahun 2020 yaitu sebesar 12.1 persen.
Tidak sampai disitu, pengeluaran layanan yang juga ikut melemah sebesar 5.8 persen, penurunan pada data hotel dan restoran sebesar 21.2 persen, bahkan rekreasi dan budaya juga ikut turun sebesar 11.8 persen.
Ada juga dari segi layanan transportasi yang merosot sampai menyentuh angka 40.8 persen di sepanjang kuartal ketiga tahun ini. Pembatasan yang merespon kasus covid-19 ini menyebabkan sebagian besar konsumen akhirnya menahan diri untuk membelanjakan uang mereka.
Dari kondisi ini tercermin kenaikan rasio simpanan pada rumah tangga yang menunjukkan peningkatan sebesar 19.8 persen. Sehingga hal ini menandakan bahwa konsumen cenderung lebih ingin berhemat dan menunda kebutuhan yang tidak mendesak seperti melakukan kegiatan liburan dan pengunaan layanan umum.
Ditengah Kepanikan, AUD/USD Beri Sinyal Pemulihan
Pembatasan covid-19 yang kini menyebabkan kerugian cukup besar pada ekonomi dunia memang cukup meresahkan. Dilihat dari garis besar, adanya penurunan pada data GDP negara Australia di kuartal ketiga ini masih dalam lingkup ekspektasi pasar.
Oleh karena itu dampak yang terjadi juga tidak terlalu signifikan pada pergerakan mata uang Dolar Australia tersebut. Untuk pasangan mata uang AUD/USD malah terlihat cenderung mengalami penguatan dan diperdagangkan dengan kisaran harga 0.7157.
Data atau angka ini berarti menguat sebesar 0.45 persen dari harga Open hariannya. Dari segi teknikal, mata uang AUD sedang berupaya melakukan rebound terhadap Dolar AS yaitu USD setelah mengalami penekanan aksi jual yang sempat mendorong harga di bawah 0.7100.
Harga yang dibuka tersebut menyebutkan bahwa di tengah kepanikan bahkan ada negara sedang mengusahakan dan memberi sinyal untuk pemulihan. Tentu saja ini menjadi keinginan banyak negara yang alami penurunan ekonomi merespon Omicron sebagai varian baru dari covid-19 tersebut.
Bahkan data GDP Australia yang sedang menyusut tersebut juga masih tetap optimis untuk bisa pulih dan menguatkan mata uangnya dalam menghadapi berbagai mata uang lainnya. Ini menjadi optimis yang besar ditengah pembatasan akibat covid-19 dan penurunan pada beberapa sektor di negara Australia.