PT Petrosea Tbk (PTRO) emiten kontraktor minyak bumi dan gas telah mendapatkan nilai kontrak sebesar 265 juta US dollar atau setara dengan 3,79 triliun rupiah.
Jenis kontrak ini pun berupa perjanjian dari jasa pertambangan serta perjanjian penyewaan peralatan dalam kurun waktu selama 4 tahun.
Anto Broto selaku Corporate Secretary Petrosea mengatakan bahwa perseroan akan menjadi pihak yang melakukan manajemen proyek dan juga PT Karya Bhumi Lestari jadi kontraktornya.
Sebagai kliennya yakni PT Central Cipta Murdaya dan juga PT Hardaya Mining Energy, serta pemberi jaminan pembayaran atas kewajiban pembayaran kepada perseroan dan PT Karya Bhumi Lestari.
Kepemilikan Saham Dipegang Oleh Lo Kheng Hong
Sebagai informasi tambahan, sekarang ini Petrosea masih berada dan dikendalikan oleh PT Indika Energy Tbk (INDY) dengan total kepemilikan sahamnya mencapai 69,80 persen.
Lo Kheng Hong tercatat mempunyai kepemilikan saham sebanyak 15,01 persen dan sisanya pemegang saham publik sekitar 13,50 persen serta 1,68 untuk saham treasuri.
Pada hari Selasa lalu, harga saham emiten Petorsea ini terpantau mengalami penguatan hingga 9,52 persen dengan nilai kapitalisasi pasarnya sekitar 2,78 triliun rupiah.
Baru – baru ini, Lo Kheng Hong (LKH) secara resmi telah menjual seluruh kepemilikan sahamnya dengan total 6,115 persen di emiten logistic jasa perkapalan, bersamaan pula dengan penjualan yang dilakukan oleh PT Indika Energy Tbk.
Sementara itu juga, ke depannya LKH pun masih jadi pemegang saham PTRO. Di tambah lagi, PTRO pun telah membagikan dividennya dan LKH bakalan memeroleh sebanyak 17,41 miliar rupiah.
Total dari jumlah dividen tunai ini bekisar 24,78 persen dari keseluruhan laba bersih yang diperoleh oleh PTRO selama tahun 2020 sebesar 451,92 miliar rupiah. Dividen ini pun akan dibagikan setara dengan 115 rupiah per sahamnya.
LKH Menambah Sahamnya di 2 Emiten
Lo Kheng Hong seorang investor saham sudah resmi menambahnya jumlah sahamnya ke dua emiten, yaitu saham di PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS) dan saham PT Global Mediacom Tbk (BMTR). Menurut LKH, kedua perusahaan tersebut memang berbeda sektor, namun tetap prospektif.
BMTR ini merupakan induk dari bisnis media Grup MNC, PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) yang telah membawahi beberapa anak usaha media, di antaranya adalah GTV, RCTI, Sindo, iNews hingga Okezone.
Sementara itu, MBSS ini ialah emiten logistic untuk sektor tambang, lebih khususnya ke distribusi batu baru, dan menjadi bagian dari anak usaha dari PT Indika Energy Tbk (INDY).
Berdasarkan pada keterbukaan data dari Kustodian Sentral Efek Indonesia atau KSEI, pemegang saham di bawah 5 persein di bulan Januari 2021 lalu, muncullah nama Lo Kheng Hong yang telah menambahkan saham BMTR menjadi 5,73 persen atau jumlahnya sekitar 950 lebih saham dari total sebelumnya hanya 5,69 persen saja.
Yang artinya adalah investor yang mendapat julukan Warren Buffettnya Indonesia tersebut telah belanja saham sebanyak 7.203.400.
Namun, masih belum diketahui secara pastinya di harga berapakah LKH masuk, tetapi bila mengacu pada harga rata – rata perdagangan BMTR sewaktu itu berada di level 255 rupiah per sahamnya, maka nilainya pun dapat menyentuh 1,84 miliar rupiah.
Selain BMTR, Lo Kheng Hong pun menambah porsi di MBSS ini bertambah dari 5,79 persen menjadi sekitar 5,80 persen. Bila mengacu pada harga rata – rata saham BMSS pada waktu itu sekitar 419 rupiah per sahamnya, maka investasinya pun bertambah sebanyak 64 juta rupiah.
Adapun untuk PT Petrosea Tbk (PTRO) dan juga PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) porsi dari LKH masing – masing masihlah sama, yaitu sekitar 15,01 persen dan juga 5,06 persen.
Diwaktu sebelumnya, ustadz Yusuf Mansur, termasuk pemilik perusahaan dari aset manajemen PT Paytren Aset Manajemen (Paytren) dengan mengusung prinsip mansurmology telah masuk ke dalam saham Grup MNC, lebih tepatnya induk bisnis keuangan yaitu PT MNC Kapital Indonesia Tbk (BCAP).
Jika dibandingkan pada akhir tahun 2020 lalu, Lo Kheng Hong masih memiliki 942 lebih saham atau pun setara dengan 5,68 persen saham dari BMTR.