Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Menjelang Rilisnya Non-farm Payroll, Dolar AS Naik Pamor

Menjelang Rilisnya Non-farm Payroll, Dolar AS Naik Pamor

by Didimax Team

Beberapa waktu lalu, para pakar sempat memprediksikan ada banyak sekali dampak dari wabah virus Corona terhadap perekonomian AS. Perkiraan ini tidak hanya dilakukan oleh salah tau pihak saja, melainkan ada beberapa diantaranya. Ternyata, hal ini tidak berhenti sampai kepada pernyataan kalimat prediksi saja melainkan juga terjadi sesuai realitanya. 

Dibuktikan dengan mendadak tangguhnya Indeks Dolar AS yang bergerak mendaki level 98,50-an. Perhitungan sejak November 2019, memang benar adanya bahwa Indeks Dolar AS kali-kali ini menjadi pemecah rekor karena bertengger di rekor tertinggi. Hal ini awalnya didukung oleh adanya penyebaran virus Corona yang sangat cepat di beberapa negara.

Tepatnya Greenback ini bergerak menjelang beberapa jam saat hendak rilisnya data Non-farm Payroll. Jika dilihat dari segi penyebaran virus, memang hampir semua kalangan di seluruh dunia berharap agar wabah ini dapat segera mereda dan berhenti. Diketahui dari sisi lain seperti Ekonomi, wabah ini juga diharapkan dapat menjadi faktor agar ketegangan dalam hubungan dagang dapat semakin mencair.

Hal ini dibuktikan dengan yang disampaikan sebagai keinginan agar hubungan dagang antara Amerika Serikat dan China dapat semakin membaik. Selain harapan dari kedua pihak, China juga tidak ingin berputus asa untuk terus melakukan yang terbaik demi menghentikan penyebaran virus. Mereka melakukan kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan demi membendung potensi dari dampak ekonomi akan virus ini. 

 

 

Beijing Memangkas Tarif di Pasar Keuangan 

Kebijakan yang dilakukan oleh setiap kalangan yang saling berpengaruh terhadap nilai perdagangan memang sangat sensitif. Ketika pasangan atau lawan mengambil keputusan atas tindakan yang sudah dinilai baik bagi perekonomian negara tertentu, masih banyak yang mengecewakan beberapa pihak lain yang mengharapkan output yang berbeda. 

Dalam dunia perdagangan, hal ini biasa terjadi apalagi jika kebijakan yang dilakukan itu berhubungan dengan data tertentu. Hal ini seperti yang terjadi pada Beijing yang mengambil keputusan atas keharusannya sebagai bentuk akibat dari keputusan atas kebijakan instansi dan negara lain. 

Secara resmi, Beijing mengumumkan berencana memotong tarif yang diberlakukan terhadap USD 75 Miliar tepat beberapa saat setelah PboC menggelontarkan likuiditas tambahan di pasar keuangan. Jumlah yang dipangkas itu tidaklah kecil apalagi diberlakukan untuk produk-produk tertentu yang diimpor dari AS. 

Perekonomian AS Dipengaruhi Oleh Virus Corona 

Atas dasar risiko dan dampak dari keputusan yang diambil ini kemudian akan menyebabkan hal lain yang menambah rantai dari kebijakan yang ditentukan. Meski ada beberapa pihak yang mengeluarkan argumen, pendapat, dan prediksinya ternyata tidak berpengaruh pada sentimen risk-on yang akan berusaha menggeliat kembali. Apalagi, meski sekarang wabah sudah menyebar ke negara lain namun tak kunjung memberikan kepastian dampaknya. 

Bukti mengenai pemaparan ini bisa dilihat dari lontaran yang disampaikan oleh salah satu pejabat dari Federal Reserve mengenai pendapatnya. Tidak sesuai dengan harapan, benar bahwa pendapat yang ia sampaikan lebih kepada nada meremehkan akan potensi dari dampak wabah virus yang berasal dari Beijing, China. 

Meski seorang perwakilan dari Fed San Fransisco, Mary C Daly memberikan perkiraannya mengenai wabah virus Corona yang tidak akan berdampak pada perekonomian AS, namun tetap saja ada banyak pihak pelaku pasar yang khawatir. Tidak sampai dengan waktu dimana pendapat serupa lainnya disampaikan juga oleh Robert S Kaplan dari Fed Dallas. 

Bahkan, salah seorang pakar strategi mata uang di Mizuho Securities juga ikut memberikan pandangannya, bahwa ternyata ada banyak persepsi bahwa perekonomian AS akan terpengaruh oleh virus Corona tidak lebih banyak daripada Cina dan negara lainnya. Maka, ini bisa dikatakan salah satu poin yang menjadi faktor pendukung kekuatan Dolar AS. 

Ia juga menambahkan bahwa sebelum akhir Februari, kita tidak bisa menebak dan tidak tau bagaimana kondisi perekonomian China sesungguhnya. Maka, perdagangan risk-off bisa beristirahat. Kemungkinan besar yang terjadi kedepannya bisa berupa penurunan besar dalam data (ekonomi) untuk China saja atau bahkan berdampak pada beberapa negara lainnya. 

Pasar keuangan pada saat ini hanya berfokus pada sesi New York nanti malam, dimana akan membahas jadwal rilis data US Non-Farm Payroll. Para pakar konsensus ekonom sangat berharap bahwa data dapat melonjak naik menuju angka 160.000 dari angka sebelumnya 145.000.