Pemerintah Rusia mulai lebih gencar mengatur keuangan globalnya. Setelah sebelumnya mengatur tentang larangan mata uang digital apapun beroperasi di sana, kini bank sentral lebih ketat dalam mengatur kebijakan. Apalagi di tengah konflik yang semakin memanas.
Seperti yang kita tahu, Russia adalah negara yang menggunakan Ruble sebagai mata uang. Ruble sendiri mulai memiliki nilai yang besar di pasar global karena bisa menggeser Dollar sebagai media pembayaran global. Tetapi, masih perlu banyak adaptasi juga pada Ruble.
Pemerintah bahkan mulai meluncurkan lebih banyak legislasi soal mata uang akibat masih adanya efek samping dari “kejutan” FED. Tetapi bank sentral disana lebih mengadopsi sistem yang komprehensif serta direktif atau bertujuan. Terbukti dengan larangan uang kripto.
Lebih spesifik lagi, entitas mata uang Ruble ini bisa dengan kokoh mempertahankan nilai yang dimiliki meskipun konflik yang masih saja terjadi. Bahkan intervensi dari AS masih tidak mempan mempengaruhi kebijakan Putih, terbukti dari nilai Ruble yang malah naik.
Tidak Memerlukan Dollar Lagi untuk Melakukan Perdagangan Global
“Ketika berbicara soal aset mata uang, maka kita perlu usaha untuk membuat nilai lebih baik, salah satunya adalah dengan meningkatkan minat dari para konsumen”, ucap Menteri Keamanan dan Jasa Perpajakan. Jadi, jelas apa alasan menggunakan Ruble skala global.
Menurut BBC, roadmap dari penggunaan mata uang Ruble saja baik di dalam maupun untuk kegiatan perdagangan mulai menjadi satu kebiasaan yang akan lebih sering dikoordinasikan. Dan Moscow juga yakin untuk melaksanakan perdagangan global tanpa adanya Dollar.
Absennya dolar AS di Rusia ini juga diakibatkan karena ketegangan antara pemimpin kedua negara ini. Memang kedua negara ini memiliki hubungan yang kurang baik sejak sebelum Perang Dingin. Dan hingga saat ini, belum ada sistem yang menyatukan kedua negara.
Tetapi, absennya dollar ini tidak berarti semua perdagangan akan menggunakan Ruble. Untuk negara yang tidak mau menerima, bisa digantikan dengan Euro. Dan jika melakukan ekspor dan impor dengan China, maka mata uang yang akan digunakan disana adalah Yuan.
Sistem seperti ni dianggap lebih simpel untuk membuat ekonomi lebih kuat, terlebih saat situasi yang memanas. Banyak yang memprediksi kalau Ruble bisa saja kehilangan 20 sampai 30% dari nilainya. Tetapi dengan kebijakan yang tepat, problem itu dapat teratasi.
“Masalah tentu saja dapat terjadi, seperti yang sedang terjadi saat ini, konflik yang bisa saja membuat nilai mata uang turun. Tetapi dengan kebijakan tanpa dollar, maka masalah itu dapat mudah teratasi.” Ucap Medvedev, salah satu staff menteri keamanan Rusia.
Tidak Terpengaruh dengan Kondisi Konflik yang Memanas
Headline berita dalam satu minggu terakhir banyak yang menyoroti konflik Rusia Ukraina yang tampak semakin memanas dan belum ada akhirnya. Dalam tren satu minggu ini juga kita bisa melihat kalau indeks pergerakan harga saham dan ekspor impor turun sekitar 0,6%.
Tetapi jika kita melihat indeks perhitungan mata uang Ruble, yang paling mengejutkan adalah Ruble berhasil meraih 2% nilai tambahan. Dalam 2 hari ini, kenaikan yang dialami ini membuat banyak yang tidak menyangka Ruble bisa tetap berada di zona hijau kala berkonflik.
FED bahkan mengaku terkesan dengan kebijakan pelarangan mata uang digital yang memang terbukti memberikan efek positif bagi Ruble secara global. Perputaran uang dan rebound dari keuangan Ruble tentu saja membuatnya sebagai salah satu aset yang menarik saat ini.
Memang di awal konflik Ruble sempat berada di poin kejatuhan sekitar 79 rubles per dollar. Bank Sentral Rusia langsung melakukan pemangkasan volatilitas di pasar finansial. Keputusan ini diambil seakan untuk memberikan aksi nyata kepada pendekatan mata uang mereka.
Bank tidak perlu waktu yang lama untuk menambah instrumen peminatan yang membuat klien dari seluruh dunia menerima apa yang diambil oleh Rusia guna membuat perekonomian mereka tetap stabil. Meskipun sedang di masa konflik, kestabilan nilai uang cukup langka.
Rusia kita tahu sedang melakukan konflik dengan Ukraina dan ini membuat banyak yang berikan prediksi kalau nilai mereka akan jatuh. Tetapi pada nyatanya, Ruble bisa mendapat 2% tambahan nilai mata uang, salah satu alasannya adalah karena kebijakan non-Dollar.