Beberapa bulan terakhir ini nilai pounds dan mata uang lainnya mengalami penurunan yang signifikan. Hal ini disebabkan oleh berbagai macam masalah yang muncul di tahun ini. Salah satunya yang memiliki dampak besar adalah adanya pandemic corona yang menyerang dunia.
Pandemi corona menyerang Negara-negara besar maupun kecil sehingga sangat mempengaruhi perekonomian masing-masing Negara. Tidak mengherankan di sisi lain nilai emas semakin menguat akibat dari pandemi ini. Para investor harus lebih berhati-hati dalam langkah dan keputusan yang diambil.
Apalagi setelah keputusan dari Fed keluar, bahwa suku bunga akan tetap pada kisaran yang rendah bahkan nol. Dolar AS kembali terpuruk dengan adanya keputusan ini. Namun, di tengah terpuruknya dolar As, Pounds terangkat kembali hari ini.
Melemahnya dolar dan melambungnya pounds investor tetap melakukan bearish. Hal ini disebabkan oleh ketidakpastian Brexit dan juga prospek ekonomi Inggris sehingga membuat investor tetap berhati-hati dan waspada dalam mengambil keputusan yang tepat, agar tidak merugi akibat adanya berbagai macam masalah dunia.
Pounds Tertahan, Investor Bearist
Pada hari kamis Pounds mengalami kenaikan terhadap Euro dan dolar, namun resiko mengalami Brexit dan juga ekonomi yang sangat kacau akibat pandemi corona membuat para investor tetap akan berhati-hati memilih uang ini di waktu yang panjang.
Di sisi lain, tepatnya di Asia dolar yang awalnya melemah kini mulai mengubah arah dan menguat. Namun keberadaan pounds masih tetap naik, menyentuh level yang cukup tinggi. Menurut Thu Lan Nguyen, ahli strategi senior dari FX mengatakan bahwa dolar saat ini mulai mengalami kenaikan.
Keseluruhan pounds tetap bekerja secara buruk di G10, dan secara umum masih lemah. Pounds berada di $ 1.3003, naik menjadi 0,1% sejak penutupan New York. Naik 0,4% melawan euro yang semakin melemah menjadi 90,44 pence. Pounds naik 4,8% pada dolar dan 0,2% pada euro.
Menurut Dean Turner seorang ekonom berasal dari UBS Global Wealth Management mengatakan bahwa bila ingin melihat kejelasan maka harus melihat keluar menuju pasar yang lebih luas maka akan melihat perpindahan lintas.
Umumnya para investor melakukan bearish karena Inggris dan Uni Soviet telah melakukan kemajuan pada pengaturan perdagangan setelah brexit. Inggris meninggalkan UE di masa transisi pada bulan Januari, dan masa transisinya akan berakhir pada bulan Desember.
Pengawas yang berasal dari perbankan Uni Eropa menyatakan bahwa bank-bank yang menggunakan Inggris sebagai pintu masuk ke UE harus segera menempatkan rencana untuk melayani pelanggan UE sebelum masa transisi berakhir pada bulan Desember. Dengan begitu tidak akan ada masalah dikemudian hari.
Penyebab Pounds Bertahan
Manager uang dan Spekulan telah menambahkan posisi pendek mata uang Inggris pada Minggu sampai Selasa. Data terbaru CFTC menunjukkan meskipun jumlah kontrak tidak sebanyak pada beberapa bulan sebelumnya. Petr Krpta seorang asli strategi mata uang mengatakan minggu ini sepi, pounds tertinggal pada ruang FX G10.
Pounds mengalami kenaikan 0,3% dibanding dolar sehingga $ 1,2827. Namun, pounds jatuh terhadap mata uang umum, karena saat ini euro mengalami kenaikan menjadi $ 1,17. Pada perdagangan terakhir turun 0,2 % sehingga menjadi 91,27 pence.
Penyebab stagnan dan penurunan pound, hal ini disebabkan oleh Inggris dan Uni Eropa melakukan bentrok pada pekan lalu, hal ini berkaitan dengan perjanjian perdagangan bebas. Brussels menganggap tidak mungkin, namun London mengulurkan harapan dapat dicapai di bulan September.
Krpata mengungkapkan bahwa dengan tajuk berita yang menunjukkan kemungkinan persepsi meningkat dari tidak adanya kesepakatan, ada sedikit optimis untuk GBP, apalagi Ia melihat Euro sedang menembus level 92 pence pada musim panas ini. Banyak Negara yang sedang berjuang di tengah krisis ekonomi akibat dari Corona.
Setelah gagal mencegah adanya infeksi covid 19 di awal pandemic muncul, pemerintah dan bank sentral akhirnya mengucurkan sejumlah dana yang tidak pernah dilakukan sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk menjaga perekonomian agar tetap bertahan dan mencegah adanya gelombang pengangguran secara besar-besaran.
Perdana Menteri dari Inggris yaitu Boris Johnson dikritik karena bertindak lambat dalam menangani masalah pandemi Covid 19. Namun sejauh ini pihak pemerintah tetap akan melakukan berbagai upaya agar pandemi corona segera dituntaskan sehingga pounds kembali berada di level yang baik.