Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan USD Berguguran, Nilai Tukar Rupiah Tetap Anteng

USD Berguguran, Nilai Tukar Rupiah Tetap Anteng

by Didimax Team

Menurunnya mata uang dollar memang sudah menjadi kabar yang diketahui oleh banyak orang. Nilai tukar yang semakin menurun terjadi sejak beberapa hari yang lalu. Meskipun demikian, nilai rupiah nampaknya tetap anteng-anteng saja.

Dolar Amerika memang sempat menurun alias melemah pada tanggal 27 April lalu. Meskipun demikian, nilai rupiah rupanya tetap anteng-anteng saja dan kembali pada angka Rp 14.500 per dollar Amerika.

 

Kinerja Mata Uang Rupiah Cukup Baik

Kinerja mata uang rupiah dirasa memang cukup bagus. Hal tersebut dikarenakan mayoritas mata uang di kawasan Asia.Dalam hal ini, perdagangan dibuka oleh rupiah kembali dengan nilai Rp 14.480 per dollarnya.

Pada akhirnya, rupiah mulai masuk ke zona merah. Hingga kemudian nilai rupiah memasuki kawasan zona merah. Nilai rupiah akhirnya bertambah turun secara signifikan mencapai Nilai Rp 14.505 per dollarnya.

Imbasnya, rupiah akhirnya berhasil memangkas masa pelemahan dan kemudian kembali stagnan kembali pada waktu penutupan perdagangan. Di sisi lainnya, mayoritas mata uang di kawasan Asia memang mulai melemah pada pada tanggal 27 April 2021.

Kemudian, hanya ada 3 mata uang yang kemudian mengalami penguatan. Ketiga mata uang tersebut adalah Ringgit Malaysia, Ruppe India, dan Baht Thailand. Penguatan terjadi dengan nilai sangat tipis hanya kurang dari 0,1% saja.

Disisi lain, indeks dari Dollar AS yang mengalami penguatan akhirnya membuat nilai mata uang di kawasan Asia banyak sekali yang berguguran. Pergerakan indeks pada mata uang USD naik kembali mencapai 0,14% pada angka 90,933.

Nyaris mencapai 1% kekuatan dollar AS sangat melemah hingga pada pekan lalu. Dalam 3 bulan secara beruntun, USD akhirnya mengalami penurunan dalam prosentase 2,33%. Hal tersebut juga dikarenakan dengan kasus Covid 19 yang terjadi di berbagai negara.

Di Eropa sendiri, kasus penyakit Virus Corona juga kembali meningkat. Hal tersebut membuat USD akhirnya menyandang status menjadi sasaran investasi kembali. Salah satu negara yang menghadapi kasus terbanyak penyandang virus Corona adalah Jerman.

Kenaikan kasus yang terjadi pada negara tersebut membuat pembatasan sosial skala besar kembali diketatkan. Hal ini nyatanya juga memberikan dampak alias imbas terhadap mata uang di negara tersebut.

Kebijakan Bank Sentral Terhadap Kebijakan Ekonomi

Pengumuman yang ada pada kebijakan moneter pada bank sentral rupanya menjadi pusat perhatian. Hal ini terjadi sesuai dengan prediksi dari pelaku pasar. Rupanya, tidak ada perubahan pada kebijakan dari Bank Sentral terhadap nilai ekonomi terbesar ketiga.

Bank of Japan pada akhirnya tetap mempertahankan nilai suku bunga acuannya. Nilainya mencapai -0,1%. Suku bunga BoJ dalam hal ini bisa dilihat negatif. Namun, BoJ juga tetap mempertahankan kebijakan pada Yield Curve Control.

Proyeksi inflasi pada tahun 2021 dimulai dengan angka 0,1% dan ini terlihat pada outlook terbaru yang telah diberikan oleh Bank of Japan. Nilai tersebut jika dilihat memang cenderung lebih turun dibandingkan dengan proyeksi pada Januari 2021 sebesar 0,5%.

Kejadian tersebut tidak lain dikarenakan inflasi. Inflasi tersebut dikarenakan oleh pandemi virus Corona yang melanda negara Jepang tersebut. Bahkan, kasus memang cukup memburuk belakangan tahun ini. Lalu, bagaimana nasibnya?

Penurunan mata uang atau inflasi pada tahun 2022 akhirnya diperkirakan sebesar 0,8% dan pada tahun selanjutnya mencapai 1%. Suku bunga negatif di negara Sakura diperkirakan akan berjalan dalam waktu cukup lama. 

Perekonomian di negara Jepang diharapkan akan segera pulih. Meskipun tingkat aktifitas akan dipastikan menjadi lebih rendah dari sebelumnya, namun itu semua tetap menjadi sebuah harapan dari Bank of Japan.

Dalam hal tersebut, BoJ kemudian akan memberikan kebijakan moneter yang lebih longgar dengan tanpa ragu. Ini akan benar-benar dilakukan jika memang diperlukan dan jika dampak dari pandemi menjadi semakin memburuk.

Kebijakan dari Bank of Japan tersebut membuat nilai mata uang Yen Jepang menjadi melemah mencapai 0,13% melawan rupiah. Angka rupiah terhadap nilai Yen Jepang kini dalam angka Rp 133,78 / JPY.

Pengumuman yang diberikan oleh Bank of Japan tersebut akhirnya memberikan nilai gambaran pada beberapa tahun terhadap kebijakan moneter oleh bank sentral. Berulang kali Bank Sentral menegaskan mereka tidak akan menaikkan suku bunga hingga tahun 2023.